TEMPO.CO, Washington - Hillary Clinton kembali mengenakan kacamata tebal setelah dinyatakan pulih dari gegar otak. Selama ini, ia selalu mengenakan lensa kontak.
Menurut juru bicaranya, penggunaan kacamata itu adalah hasil dari efek yang tersisa dari masalah kesehatannya. "Dia belum boleh mengenakan lensa kontak untuk jangka waktu tertentu karena ada masalah yang tersisa yang berasal dari gegar otaknya," kata Philippe Reines. "Tapi dia baik-baik saja."
Selama lebih dari lima jam dalam kesaksian di depan Kongres, Hillary mengenakan kacamata dengan lensa kiri lebih tebal.
Reines tidak menentukan apa jenis lensa yang dikenakan Hillary. Namun para ahli medis mengatakan lensa prisma fresnel adalah umum digunakan dalam kasus-kasus seperti yang dialami menteri luar negeri AS yang sebentar lagi lengser itu. Alur khusus dalam prisma mengubah cahaya yang memasuki mata, biasanya digunakan untuk mengobati penglihatan ganda.
Dr James Liu, Center for Skull Base and Pituitary Surgery at the Neurological Institute of New Jersey, mengatakan bahwa gegar otak dan cedera kepala dapat menyebabkan penglihatan kabur atau ganda dalam beberapa kasus. Gangguan penglihatan ini biasanya berlangsung lama selama proses pemulihan.
"Ada kemungkinan bahwa penglihatan kabur atau ganda dapat bertahan hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan," katanya. "Ini benar-benar tergantung pada tingkat keparahan cedera kepala," katanya. Dalam kasus gegar otak, gejala-gejala ini biasanya bersifat sementara dan seiring waktu akan hilang.
AP | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya