TEMPO.CO, Amman - Pemilu parlemen Yordania untuk pertama kalinya diadakan sejak pecahnya Arab Spring di Timur Tengah, yang tengah diboikot kelompok Ikhwanul Muslimin dan empat partai lebih kecil lainnya.
Ikhwan dan Front Reformasi Nasional yang dikendalikan oleh bekas Perdana Menteri dan Kepala Intelijen, Ahmad Obeidat, tak hadir di tempat pemungutan suara yang dibuka selama 12 jam sejak pukul 07.00 pagi waktu setempat (04.00 GMT), Rabu, 23 Januari 2013.
Sekitar 2,3 juta warga Yordania yang memenuhi syarat, Rabu, berbondong-bondong menuju bilik suara di 1.484 TPS guna memilih 1.425 calon anggota parlemen. Para calon itu bertarung memperebutkan 150 kursi di parlemen untuk menjadi anggota legislatif selama empat tahun.
Pemilihan umum parlemen yang digelar, Rabu, ini merupakan pertama kalinya diselenggarakan di Yordania sejak pecahnya Arab Spring di Timur Tengah. Selain untuk memilih anggota parlemen, mereka memilih perdana menteri, bukan raja. Yordania merupakan negara kerajaan yang dipimpin oleh Raja Abdullah.
Pesta demokrasi ini bisa disebut sebagai sebuah tonggak sejarah bagi Yordania karena perhelatan ini membutuhkan proses panjang demi tegaknya demokrasi yang lebih luas bagi rakyat Yordania. Kendati demikian, pemilu kali ini tak luput dari kritik kelompok oposisi. Menurut mereka, pemilu tetap tak bisa mengakhiri monopoli kekuasaan Raja Abdullah.
Salah satu kritik itu dilontarkan oleh kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin, partai yang sangat populer di Yordania dan mendapatkan dukungan sangat kuat di kota-kota besar, khususnya di antara kaum papa Palestina yang tinggal di sana. Oposisi lainnya adalah empat partai kecil, termasuk dari kelompok komunis dan nasionalis Arab. Mereka semua memboikot pelaksanaan pemilu.
Kelompok pro-reformasi yang terdiri dari para pemuda dan aktivis gerakan Islam menuntut reformasi lebih luas, terutama di bidang politik dan ekonomi. Menurut pengamat politik Oraib Rintawi, dari Al-Quds Centre for Political Studies head, kepada kantor berita AFP, pemilu parlemen Yordania tidak memiliki bobot politik.
AL JAZEERA | AL ARABIYA | CHOIRUL
Berita terkait
Raja Abdullah dan Pangeran Hamzah Tampil Bersama Sejak Keretakan Hubungan
12 April 2021
Raja Abdullah dan saudara tirinya, Pangeran Hamzah, tampil di depan publik bersama untuk pertama kali sejak keretakan hubungan mereka.
Baca SelengkapnyaPangeran Hamzah dari Yordania Teken Surat Kesetiaan Pada Raja
6 April 2021
Mantan putra mahkota Yordania, Hamzah bin Hussein, menandatangani surat pernyataan kesetiaan pada Raja Abdullah II
Baca SelengkapnyaPria Ini Menceraikan Istrinya Gara-gara Memotret Hidangan Makan
1 Mei 2017
Situasi ini membuat suaminya naik pitam dan meminta istrinya agar tidak mengambil gambar.
Baca SelengkapnyaYordania Gantung 15 Tahanan, Sebagian Teroris
5 Maret 2017
Yordania untuk pertama kali sejak 2006 menghukum gantung 15 tahanan, sebagian di antaranya teroris.
Baca SelengkapnyaDonald Trump - Raja Yordania Bertemu, Ini yang Dibahas
3 Februari 2017
Presiden AS, Donald Trump dan Raja Yordania, Abdullah sepakat mewujudkan perdamaian abadi antara Palestina dan Israel.
Baca SelengkapnyaSepakat Impor Gas Alam Israel, Rakyat Yordania Unjuk Rasa
1 Oktober 2016
"Uang di dompet rakyat Yordania tidak untuk kaum Zionis," bunyi spanduk pengunjuk rasa.
Baca SelengkapnyaSetelah Sidang, Penulis Tewas Ditembak di Depan Pengadilan
26 September 2016
Penulis terkemuka Yordania, Nahed Hattar, ditembak di depan pengadilan yang menyidangkan dirinya dengan tuduhan penistaan agama.
Baca SelengkapnyaRaja Yordania Ucapkan Selamat Idul Fitri Lewat Facebook
6 Juli 2016
Raja Abdullah dari Yordania mengucapkan selamat kepada negara-negara yang merayakan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah melalui Facebook.
Baca SelengkapnyaSetelah Rusia, Yordania Ajak AS Kerja Sama Dirikan Nuklir
5 Juli 2016
Amerika Serikat berkeras bahwa Yordania tidak membutuhkan nuklir.
Baca SelengkapnyaSenjata CIA dan Saudi untuk Suriah Dijual Intelijen Yordania
27 Juni 2016
Senjata yang dikirim CIA dan Arab Saudi untuk pemberontak
Suriah dicuri dan dijual oleh intelijen Yordania di pasar
gelap.