Polusi Udara di Beijing Mengkhawatirkan

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 17 Januari 2013 03:05 WIB

Pekatnya polusi kendaraan bermotor hingga menyelimuti sejumlah Gedung-gedung perkantoran dan rumah penduduk yang menyebabkan pencemaran udara di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012. Tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor yang menjadikan ancaman bagi warga Jakarta rentan terkena berbagai penyakit, seperti paru-paru, kanker, dan penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO , Beijing - Tingkat polusi udara di Beijing, Cina pada akhir pekan lalu melonjak tinggi. Lonjakan ini dianggap berbahaya oleh Organisasai Kesehatan Dunia (WHO).

Harian People's Daily menyebutkan kabut asap telah mengepung dan mencekik penghuni yang harus segera ditangani. Bahkan China Daily mengatakan negara harus belajar menyeimbangkan pembangunan dengan kualitas hidup.

Sementara itu, tabloid Global Times mengatakan Cina mempertaruhkan serius resiko jangka panjang kerusakan lingkungan. Selama sepekan, kabut asap tebal telah mengepung Beijing dan 30 kota lain di utara dan selatan Cina. Hingga jarak pandang hanya terlihat 100 meter di beberapa tempat.

Alat pembaca tingkat polusi milik pemerintah Cina di kota Beijing pada Sabtu lalu memperlihatkan angka tingkat polusi lebih dari 400. Sementara pembacaan dari monitor di kedutaan besar Amerika Serikat mencatatnya lebih dari 800.

Pedoman WHO mengatakan konsentrasi rata-rata partikel polusi terkecil yang disebut PM2.5 sebaiknya tidak lebih dari 25 mikrogram per meter kubik. Udara yang tidak sehat adalah diatas 100 mikrogram. Dan pada tingkat 300, semua anak-anak dan orang tua harus berada di dalam ruangan.

Setelah terhirup, partikel kecil dapat membuat orang lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Bahkan bisa menyebabkan kematian meningkat karena kanker paru-paru dan penyakit jantung. Kantor berita Xinhua mengatakan telah terjadi kenaikan tajam atas orang-orang yang berobat di rumah sakit di Beijing untuk masalah pernapasan.

Senin lalu pihak berwenang Beijing mengatakan bahwa tingkat polusi telah turun menjadi 350. Anak-anak sekolah dibiarkan di dalam ruangan dan laporan beberapa media telah memperingatkan masyarakat untuk melakukan hal yang sama mengurangi aktivitas berat.

Editorial di China Daily mengatakan bahwa tak ada alasan bagi kita untuk tidak menuai apa yang telah kita kontribusi sehari-harinya sehingga menyebabkan asap kabut itu. Ini menyalahkan polusi pada perencanaan kota yang buruk dan peningkatan pesat atas kepemilikan mobil. Tertulis bahwa warga harus mengurangi penggunaan mobil pribadi.

BBC | ISMI WAHID

Berita terkait

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

4 jam lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

6 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

11 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

33 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

48 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

51 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

52 hari lalu

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan

Baca Selengkapnya