TEMPO.CO, Yogyakarta - Harapan banyak pemerhati politik Timur Tengah di Indonesia agar dukungan internasional mengalir untuk mengakhiri krisis di Suriah lewat penggulingan rezim antidemokrasi dinilai sulit terwujud.
Pakar politik internasional dari Fakultas Ilmu Politik dan Studi Internasional Washington College, Profesor Tahir Shad, mengatakan arah krisis politik di Suriah tak akan mudah berakhir dengan penggulingan rezim penguasa seperti sudah berlangsung di Tunisia, Mesir, dan Libya.
“Dunia internasional khawatir akan ada kekacauan seperti di Irak jika rezim saat ini dilumpuhkan,” kata dia saat berbicara di diskusi mengenai “Peran Dunia Internasional dalam Konflik Syria” di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Rabu 9 Januari 2013.
Tahir mengatakan ada sejumlah pertimbangan yang menahan campur tangan negara-negara seperti Amerika dan Uni Eropa untuk mendukung oposisi di Suriah. Menurut dia pertimbangan utamanya yakni Presiden Abdullah Al-Assad masih mendapat dukungan penuh dari militer. “Ini tidak terjadi di Mesir, Tunisia dan Libya. Butuh serangan militer yang lama seperti di Irak jika menghendaki Assad Tumbang,” kata dia.
Selain itu, Tahir mengatakan banyak negara Barat khawatir kekacauan yang muncul akan lebih besar jika rezim keluarga Assad tumbang. Sebab perang di Suriah makin mengarah pada konflik sektarian. Tahir menjelaskan keluarga Assad merupakan rezim yang menerima dukungan dari kaum minoritas Syiah Alawiah. Sedangkan oposisi di Syria menjadi representasi kekecewaan mayoritas Sunni yang berjumlah 70 persen dari penduduk negara tersebut. “Keluarga Assad berhasil manarik dukungan kelompok syiah dari Iran, Turki, dan sekitarnya. Sedangkan oposisi malah menerima dukungan dari banyak kelompok radikal, termasuk Al-Qaeda,” kata dia.
Tahir menilaim secara kesejarahan krisis politik, krisis di Suriah sebenarnya berpotensi untuk mendemokratisasi negara tersebut. Konflik bermula dari tindakan represif terhadap belasan pemuda yang menulis grafiti bahwa pemerintahan keluarga Assad pasti tumbang. Tindakan represif itu disambut demonstrasi besar menuntut kebebasan dan demokrasi, yang juga disikapi dengan tindakan militer keras. “Setelah itu, isu politik baru kuat mengarah ke tuntutan pergantian rezim,” ujarnya.
Pakar politik dari PSKP UGM, Mochtar Mas'oedm yang menjadi pemandu diskusi itu menilai analisis Tahir tersebut menjawab pertanyaan banyak pengamat mengenai sebab tiadanya campur tangan negara Barat dalam krisis di Suriah seperti yang terjadi di Afrika Utara. “Penjelasan Tahir membuat harapan untuk perluasan musim semi di Arab di Syria makin tipis,” ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita terkait
CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi
12 Januari 2018
Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.
Baca SelengkapnyaGadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB
18 Oktober 2017
Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.
Baca SelengkapnyaTujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah
13 Agustus 2017
Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal
Baca SelengkapnyaBeredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah
31 Juli 2017
Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah
28 Juli 2017
KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah
23 Juli 2017
Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah
Baca SelengkapnyaKedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri
17 Juli 2017
Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.
Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung
15 Juli 2017
Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah
Baca SelengkapnyaDokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis
14 Juni 2017
Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.
Baca SelengkapnyaHina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB
18 Mei 2017
Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.
Baca Selengkapnya