Sejumlah tengkorak dari korban pembantaian massal Nanjing di Nanjing Massacre Museum, Jiangsu, Cina, Kamis (13/12). REUTERS/Carlos Barria
TEMPO.CO, Beijing - Cina memperingati 75 tahun peristiwa pembunuhan massal oleh militer Jepang di Nanjing, yang memakan ratusan ribu korban.
Menurut Beijing, 300 ribu penduduk sipil dan tentara tewas pada enam pekan pertama pendudukan Jepang, yang dimulai pada tahun 1937. Namun, dalam website Kementerian Luar Negeri Jepang, keterangan tersebut dibantah.
Kementerian menyebutkan, sebagian besar korban tewas adalah pendudukan sipil nonkombatan. "Sangat sulit mengakui jumlah korban yang dinyatakan (pemerintah Cina)." Isu pembantaian besar-besaran ini menyebabkan hubungan kedua negara merenggang.
Pembantaian Nanjing, atau dikenal pula dengan sebutan Pemerkosaan Nanking, adalah sebuah peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan besar-besar selama enam pekan pertama, menyusul pendudukan tentara Jepang terhadap Kota Nanjing, bekas ibu kota Republik Cina, pada 13 Desember 1937 dalam perang Cina-Jepang. Pada periode perang tersebut, ratusan ribu penduduk sipil dan tentara tewas dibedil oleh pasukan penjajah Jepang.
Para sejarawan dan saksi mata memperkirakan korban pembantaian yang tewas mencapai 250 ribu hingga 300 ribu. Sedangkan The International Military Tribunal of the Far East menyatakan lebih-kurang 200 ribu orang telah meregang nyawa dalam insiden tersebut.
Pejabat Cina menyebutkan, 300 ribu orang tewas akibat dibantai oleh tentara pendudukan Jepang. Namun angka ini dibantah oleh Jepang. Negeri Matahari Terbit ini memperkirakan jumlah korban tewas sekitar 40 ribu hingga 200 ribu orang.