Sejumlah umat Muslim Iran melakukan shalat Idul Adha di Universitas Teheran di Teheran, Iran, (26-10). (AP Photo/Vahid Salemi)
TEMPO.CO, Teheran — Warga ibu kota Iran, Teheran, Kamis, 6 Desember 2012, diminta meninggalkan kota tersebut. Menteri Lingkungan Hidup Iran Marzieh Vahid Dastjerdi menegaskan, kadar polusi udara di kota itu telah mencapai tingkatan “berbahaya”.
“Jika bisa, sebaiknya warga Teheran secepatnya mengungsi,” kata satu-satunya menteri perempuan dalam kabinet Presiden Mahmoud Ahmadinejad kepada harian Arman. Kabar tersebut, menurut Dastjerdi, terutama berasal dari pemantauan udara di rumah sakit, sekolah, dan universitas, serta lingkungan kantor pemerintah.
Tingginya jumlah kendaraan di Teheran diduga menjadi penyebab utama tingginya polusi udara di wilayah itu.
Rumah sakit mencatat terdapat peningkatan 15 persen pasien akibat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sakit kepala, dan mual akibat polusi. Bahkan, akibat polusi, Presiden Ahamdinejad terpaksa membatalkan rapat kabinet yang digelar setiap pekan. Anak-anak juga rawan penyakit jika terpapar polusi.
Ini bukan peringatan pertama yang dikeluarkan pemerintah Iran. Pada 2006, pemerintah mencatat 120 orang tewas akibat penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, terutama pada Oktober dan November. “Kehidupan di Teheran seperti bunuh diri massal,” ujar penanggung jawab udara bersih Teheran saat itu.