Setelah Badai Sandy, Banyak Penjarahan di New York

Reporter

Editor

Alia fathiyah

Jumat, 2 November 2012 15:00 WIB

Seorang wanita membeli lampu bertenaga baterei di New York (31/10). Listrik di kota tersebut pada akibat badai Sandy yang diiringi hujan deras. REUTERS/Carlo Allegri

TEMPO.CO, New York - Badai Sandy yang menimpa Kota New York memberikan efek parah. Ratusan rumah dan bangunan rusak, toko kelontong tutup, jalanan ditutupi banjir, pompa bensin kehabisan persediaan, listrik padam, dan stok makanan menipis. Begitulah kondisi di New York, Amerika, pada Kamis, 1 November 2012.

Kehancuran kota megapolitan itu terjadi akibat terjangan badai Sandy sejak Senin dinihari, 29 Oktober 2012. Dan dampak dari semua itu adalah munculnya penjarahan di banyak tempat.

Kata pemilik restoran Edi & The Wolf di Manhattan, Wolfgang Ban, masyarakat tidak terlalu khawatir akan kerusakan yang ditimbulkan Sandy. Mereka tetap merasa aman selama matahari ada di atas kepala. Tapi, begitu malam menjelang, semuanya mendadak berubah.

"Warga takut datangnya penjarah ke rumah mereka," ujar Ban di Chicago Tribune, Kamis, 1 Oktober 2012.

Menurut Ban, penjarahan terjadi karena tidak banyak polisi yang bertugas di lapangan setelah kedatangan Sandy. Buktinya, kata dia, sejumlah sukarelawan organisasi Guardian Angels melakukan patroli di Manhattan. Guardian Angels adalah organisasi yang mengerahkan orang sipil tanpa senjata untuk menjaga keamanan lingkungan.

"Keberadaan Guardian Angels itu menunjukkan rendahnya kendali polisi pada saat ini," ujar Ban.

Untuk wilayah Queens saja, pengadilan telah mendakwa lebih dari 15 orang dengan tuduhan penjarahan. Sedangkan seorang pria didakwa telah mengancam orang lain dengan pistol. Ancaman itu terjadi ketika si pria antre membeli gas di pompa bensin.

"Ia ancam pengemudi lain agar bisa memotong lajur antrean," kata jaksa Richard Brown, dikutip Reuters.

Hingga hari keempat sejak hantaman Sandy, Eqecat, perusahaan rekayasa bencana alam, memperkirakan besarnya kerugian mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 192 triliun. Semua kerugian itu ditanggung perusahaan asuransi. Sedangkan kerugian dari segi ekonominya mencapai US$ 50 miliar, setara dengan Rp 481 triliun.

"Kerugian ekonomi ini dua kali lipat dari perkiraan awal," demikian pernyataan perusahan itu.

Berdasarkan perkiraan itu, Sandy pun masuk kategori bencana alam yang menimbulkan kerugian terbesar. "Serupa dengan badai Katrina pada 11 September 2005 dan badai Andrew pada 1992," bunyi pernyataan perusahaan institut asuransi.

CORNILA DESYANA

Berita lain:
Setelah Badai Sandy, Bahan Bakar Langka
Hantaman Sandy Ibarat Tragedi Titanic di Daratan
Israel Akui Bunuh Wakil Yasser Arafat
SBY Pidato di Gedung Parlemen Inggris

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya