Warga berkumpul di sebuah rumah yang hancur terkenal bom mortar di Kota Akcakale, Turki (4/10). REUTERS/Murad Sezer
TEMPO.CO, Damaskus - Rezim Suriah tertarik membicarakan masalah gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 19 bulan sesuai usulan utusan khusus PBB, Lakhdar Brahimi. Demikian keterangan juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Maqdisi, kepada media, Selasa, 16 Okober 2012.
Tetapi, jelas Maqdisi, usulan itu harus ditekankan kepada penghentian kekerasan yang melibatkan para pemberontak dan pendukungnya. "Inisiatit gencatan senjata harus melibatkan kedua belah pihak," kata Maqdisi menjawab pertanyaan AFP.
"Kami tertarik mengkaji opsi yang ditawarkan dan kami akan membicarakannya dengan Tuan Brahimi," katanya.
Brahimi, yang mengambil alih peran Kofi Annan setelah bekas Sekretaris Jenderal PBB itu mengundurkan diri pada Agustus lalu karena frustasi, melakukan perjalanan ke Timur Tengah guna membujuk negara-negra kunci agar menerima rencana yang diajukan.
"Proposal gencatan senjata yang diajukan Barhimi mirip dengan yang pernah disampaikan Annan," kata seorang diplomat PBB yang tak bersedia disebutkan namanya, Selasa.
Sumber-sumber diplomatik yang mengetahui isi proposal Brahimi mengatakan, Presiden Bashra al-Assad dan kelompok oposisi menunjukkan ketertarikannya untuk mengakhiri konflik selama 19 bulan yang telah menewasakan sekitar 30 ribu orang.
Semasa berkunjung ke Iran, Senin, 15 Oktober 2012, Brahimi meminta kepada para pemimpin Iran agar membantu mengatur gencatan senjata di Suriah selama hari raya Idul Adha yang dimulai pada 25 Oktober 2012. Brahimi juga mengunjungi Arab Saudi, Turki, dan Irak untuk bertemu dengan para pejabat setempat agar membantu mengakhiri konflik.