Asap mengepul dari lokasi ledakan saat perayaan Muharram di Kabul, Afghanistan. AP
TEMPO.CO, Kabul - Sebuah bom bunuh diri diledakkan dalam prosesi pemakaman di kuburan sebelah timur Afganistan, Selasa petang waktu setempat, 4 September 2012, menewaskan sedikitnya 25 warga sipil.
Menurut pejabat distrik setempat, Hamisha Gul, di antara korban tewas adalah putra Gubernur. Selain menewaskan 25 jiwa tak berdosa, ledakan tersebut melukai 60 orang termasuk kepala suku berpengaruh di daerah terpencil Distrik Dur Baba.
"Target serangan adalah Kepala Distrik," kata Sediq Sediqiqi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afganistan, kepada kantor berita AFP.
Koresponden Al Jazeera, Jennifer Glasse, melaporkan dari ibu kota Kabul, insiden berdarah itu terjadi di kuburan di sebuah desa tertua di kawasan tersebut. "Pelaku bom bunuh diri turut dalam prosesi pemakaman." Hingga saat ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom tersebut.
BBC dalam laporannya menyebutkan, belum lama ini warga setempat melakukan perlawanan terhadap pemberontak Taliban di kawasan tersebut. Para pemimpin suku dan pejabat intelijen lokal di distrik itu menuduh bahwa pelaku serangan bom adalah Taliban.
"Pelaku bom bunuh diri berjalan di antara (pelayat)," kata seorang saksi mata kepada BBC.
"Dia mengaku saudara laki-laki Gubernur Distrik Dur Baba. Tetapi, ketika ditahan, dia meledakkan dirinya dengan bom yang diselipkan dalam rompi. Banyak darah berceceran dan potongan tubuh mayat di mana-mana," ujar saksi.
Saksi mata lain mengatakan kepada BBC, dia berada di belakang kerumunan pelayat ketika bom meledak. "Seseorang berteriak bahwa ada pelaku serangan bom bunuh diri dan beberapa orang menyerangnya," katanya. "Ketika saya berdiri, saya melihat banyak mayat dan darah di mana-mana."
Beberapa koresponden media asing di Afganistan mengatakan Taliban mengaku tidak bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, mereka (Taliban) kerap melakukan serangan terhadap pejabat pemerintah dan aktivitas publik termasuk prosesi pemakanan dan perkawinan.