TEMPO.CO, Paris - Kejaksaan Agung Prancis telah membuka penyelidikan dugaan pembunuhan atas pemimpin Palestina Yasser Arafat pada tahun 2004. Keluarganya menggulirkan lagi kasus itu bulan lalu atas klaim bahwa ia diracun dengan polonium-210, zat yang bersifat radioaktif.
Ilmuwan Swiss yang disewa oleh kru pembuatan film dokumenter stasiun televisi Al-Jazeera mengatakan mereka menemukan jejak polonium pada beberapa barang pribadi Arafat. Catatan medis Arafat, yang meninggal di sebuah rumah sakit militer di dekat Paris pada tahun 2004, mengatakan ia mengalami stroke akibat gangguan darah.
Namun, banyak warga Palestina tetap percaya bahwa Israel meracuninya. Israel telah membantah terlibat.
Keluarga Arafat mengajukan permohonan pada otoritas Prancis meminta penyelidikan pada bulan Juli.
Kadar polonium dalam kadar tinggi ditemukan dalam pakaian Arafat, keffiyeh, dan sikat giginya. Polonium dalam sikat gigi diketahui sebanyak 54 millibecquerels (mBq); 180mBq pada pakaian, bandingkan dengan 6.7mBq dari pakaian spesimen orang lain; dan yang mencengangkan, lebih dari 60 persen dari polonium itu bukan dari sumber-sumber alam.
Pejabat Prancis pada hari Selasa mengatakan jaksa telah sepakat untuk memulai penyelidikan pembunuhan, tetapi mereka belum menunjuk seorang hakim investigasi.
Pejabat Palestina Saeb Erekat mengatakan kepada bahwa Otoritas Palestina menyambut penyelidikan itu. Dia mengatakan Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas, telah secara resmi meminta bantuan dari Presiden Prancis Francois Hollande untuk melakukan penyelidikan.
"Kami berharap akan ada investigasi serius untuk mengungkap seluruh kebenaran, selain penyelidikan internasional untuk mengidentifikasi semua pihak yang terlibat dalam kematian Arafat," katanya.
Berita Arafat meninggal karena keracunan polonium pertama diungkap jaringan televisi Al-Jazeera awal Juli lalu. Mereka mendasarkan laporan pada keterangan tim dari Institut Fisika Radiasi di Lausanne University yang diminta untuk menganalisis barang pribadi Arafat.
Istri Arafat, Suha, menyediakan pakaian itu untuk pemeriksaan itu. Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka telah menemukan jejak "signifikan" polonium-210 dalam item pribadi Arafat.
Suha Arafat dan putrinya, Zawra, mengajukan permohonan pada aparat hukum Prancis untuk membuka kasus ini. Pekan lalu, lembaga di Swiss mengatakan telah menerima izin dari Suha Arafat dan otoritas Palestina untuk melakukan perjalanan ke Ramallah guna menganalisis jenazah Arafat.
Arafat memimpin Organisasi Pembebasan Palestina selama 35 tahun dan menjadi presiden pertama dari Otoritas Palestina pada tahun 1996. Dia jatuh sakit pada bulan Oktober 2004 dan meninggal dua minggu kemudian, pada usia 75 tahun , di sebuah rumah sakit militer Perancis.
Dokter Perancis yang terikat oleh aturan privasi tidak bersedia merilis informasi tentang kondisi Arafat. Pada tahun 2005, New York Times memperoleh salinan catatan medis Arafat, yang katanya menunjukkan dia meninggal karena stroke akibat perdarahan masif yang dihasilkan dari gangguan perdarahan yang disebabkan oleh infeksi yang tidak diketahui.
BBC | AL JAZEERA | NEW YORK TIMES | TRIP B