TEMPO.CO , Yangon: Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1982 perlu direvisi. Namun ia tidak mengelaborasi hal itu lebih lanjut. Dalam undang-undang tersebut, etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara meski mereka telah tinggal berpuluh tahun di Myanmar.
Adapun langkah konkret untuk warga Rohingya yang sudah dirancang oleh pemerintah Myanmar, kata Thein Sein, adalah segera membuka sekolah-sekolah untuk warga muslim Rohingya di Negara Bagian Arakan dengan pendidikan yang lebih baik.
Thein Sein menjelaskan, langkah ini diperlukan karena kebanyakan warga Rohingya saat ini bersekolah di pesantren-pesantren. “Satu waktu mereka menjadi terdidik, maka mereka akan lebih dan mampu memutuskan apa yang benar dan apa yang salah,” kata Thein Sein kepada VOA kemarin.
Sebelumnya, Abu Tahay, etnis Rohingya yang mendirikan Partai Demokrasi Nasional untuk Pembangunan, mengatakan pendekatan terbaik untuk menyelesaikan konflik kekerasan yang dialami Rohingya adalah dengan mengamendemen Undang-Undang Kewarganegaraan 1982.
Undang-undang tersebut, ujar Tahay, bertentangan dengan konstitusi tahun 1974 dan tahun 2008 serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Ini (Undang-Undang Kewarganegaraan 1982). Saat itu Rohingya diakui keberadaannya di Myanmar. “Ini didesain untuk merendahkan warga Rohingya,” ujarnya kepada Tempo, pada 2 Agustus lalu.
Vijay Nambiar, penasihat khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, mengatakan kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Ahmet Davutoglu ke Arakan menunjukkan ketulusan pemerintah Myanmar untuk menyelesaikan krisis.
“Hal ini juga menunjukkan kemauan pemerintah Myanmar untuk bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menanggulangi penderitaan rakyat. Langkah positif seperti ini akan memberikan dukungan kepada proses demokrasi dan reformasi Myanmar,” ucap Nambiar kemarin.
Kunjungan Davutoglu, menurut Nambiar, juga signifikan bagi transparansi internasional. Begitu juga yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
IRRAWADDY | MARIA RITA
Berita lain:
Ular Piton dengan 87 Butir Telur Ditemukan
Mantan PM: Kejatuhan al-Assad Tinggal Tunggu Waktu
Komputer Dicuri dari Rumah Steve Jobs
Aktivis Malaysia Protes Sensor Internet
New York Times di Tengah Perubahan Era Digital
Berita terkait
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam
29 Januari 2021
Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi
Baca SelengkapnyaInvestigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya
10 Februari 2018
Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.
Baca SelengkapnyaMiliter Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku
27 September 2017
Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.
Baca SelengkapnyaDewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya
26 September 2017
Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.
Baca SelengkapnyaMyanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine
26 September 2017
Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.
Baca SelengkapnyaPengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida
25 September 2017
Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaBangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar
23 September 2017
Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.
Baca SelengkapnyaWarga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar
6 September 2017
Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaJet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan
5 September 2017
Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.
Baca SelengkapnyaBentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi
27 Agustus 2017
ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.
Baca Selengkapnya