Presiden Ghana John Atta Mills Meninggal

Reporter

Editor

Rabu, 25 Juli 2012 12:10 WIB

Presiden Ghana John Evans Atta Mills. REUTERS/Joshua Roberts

TEMPO.CO, Accra - Presiden Ghana, John Atta Mills, meninggal mendadak beberapa jam setelah menderita sakit. Demikian keterangan singkat dari kantor kepresidenan dan pejabat lainnya kepada pers, Selasa, 24 Juli 2012.

Mills, 68 tahun, meninggal di ibu kota Accra, Selasa, 24 Juli 2012. Setelah kematiannya, kendali negara dipegang oleh Wakil Presiden John Dramani Mahama.

"Dengan berat hati kami sampaikan pengumuman bahwa Presiden Republik Ghana meninggal secara mendadak," demikian bunyi pernyataan kantor kepresidenan yang diterima kantor berita Reuters. Sebelumnya, John Evans Atta Mills pernah dikirim ke Amerika Serikat untuk perawatan medis, tapi tak dijelaskan jenis penyakit yang diderita dia.

Mills yang merayakan hari ulang tahunnya ke-68, Sabtu, 21 Juli 2012, pernah mendapatkan penghargaan internasional sebagai pemimpin yang berhasil memperkenalkan model demokrasi di Afrika. Ghana, negara yang terletak di Sub Sahara, pernah dikunjungi Presiden Amerika Serikat Barack Obama atas prestasinya membawa demokrasi di kawasan tersebut.

Kematian mendadak pemimpin negara penghasil coklat terbesar nomor dua di dunia ini tak diduga sebelumnya. Ia sangat diharapkan oleh pendukungnya untuk maju lagi dalam pemilihan presiden Desember mendatang. Ghana yang dikenal juga sebagai penghasil emas terbesar di Afrika memulai pengeboran minyak pada 2010 dan mengalami pertumbuhan ekonomi dua digit pada 2011.

Kantor kepresidenan menjelaskan, Mills meninggal beberapa jam setelah menderita sakit. Namun pihak media tidak diberitahu mengenai detil penyakitnya. Seorang pembantu presiden yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, presiden mengeluh sakit pada Senin petang waktu setempat, 23 Juli 2012, dan meninggal pada Selasa dinihari waktu setempat, 24 Juli 2012, saat kondisinya memburuk. Mills pernah menjalani cek kesehatan di Amerika Serikat selama beberapa pekan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ghana mengatakan, kematian Mills tidak akan mempengaruhi pemilihan presiden dan anggota parlemen Desember mendatang. "Jadwal pemilihan tidak akan berubah," kata Kwadwo Afari-Gyan, Ketua KPU, kepada Reuters. Seorang pengamat ekonomi di CIna, Nii Akuetteh, mengatakan, "(Mills) menjalin kerja sama ekonomi yang kuat dengan Cina."

Maret 2012 lalu, Presiden Barack Obama menerima Mills di Gedung Putih dan memujinya sebagai pembawa "berita bagus" dari Afrika. Nii Akuetteh, pengamat ekonomi Afrika di Washington DC mengatakan kepada Al Jazeera, Mills telah membawa pertumbuhan ekonomi Ghana secara serius. Dia katakan, untuk itu Mills perlu teken kontrak kerja sama ekonomi dengan Cina.

AL JAZEERA | CHOIRUL

Berita terkait

Tukang Kebun Ini Ternyata Raja di Negaranya

22 September 2016

Tukang Kebun Ini Ternyata Raja di Negaranya

Eric Manu, 32 tahun, nama raja dari satu suku di Ghana, sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun di Kanada.

Baca Selengkapnya

Ledakan Pompa Bensin, Ghana Berkabung Tiga Hari

5 Juni 2015

Ledakan Pompa Bensin, Ghana Berkabung Tiga Hari

Presiden Mahama menyampaikan belasungkawa.

Baca Selengkapnya

Pompa Bensin Ghana Meledak, 150 Orang Tewas

5 Juni 2015

Pompa Bensin Ghana Meledak, 150 Orang Tewas

Kebakaran terjadi ketika puluhan orang berteduh di pompa bensin untuk menghindari hujan dan banjir.

Baca Selengkapnya

Kelamin Pria Digigit Ular di Toilet Umum  

12 Desember 2013

Kelamin Pria Digigit Ular di Toilet Umum  

Ini memicu kepanikan pengguna toilet lainnya. Mereka langsung melarikan diri tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Baca Selengkapnya

Mahkota Ashanti Dicuri di Norwegia

12 Oktober 2012

Mahkota Ashanti Dicuri di Norwegia

Mahkota itu adalah milik Raja Otumfuo Osei Tutu II, penguasa Ashanti, yang mewakili Ghana di sebuah konferensi di ibukota Norwegia itu.

Baca Selengkapnya

John Dramani Janji Bawa Stabilitas Ghana  

26 Juli 2012

John Dramani Janji Bawa Stabilitas Ghana  

Akan bekerja untuk seluruh rakyat Ghana.

Baca Selengkapnya

Cina Paling Represif kepada Pers  

3 Mei 2011

Cina Paling Represif kepada Pers  

Berdasarkan laporan, selama 2010 terdapat 102 jurnalis yang tewas, kurang delapan orang dari angka tahun sebelumnya. Laporan paling menyedihkan, ternyata kawasan yang paling rawan bagi profesi jurnalis di dunia adalah Asia

Baca Selengkapnya