TEMPO.CO, Tunis - Tunisia, Kamis 5 Juli 2012, menyerukan kepada Liga Arab agar segera mengadakan pertemuan penting untuk membahas dokumen yang menyebutkan bahwa kematian pemimpin Palestina, Yasser Arafat, akibat diracun.
Permintaan ini mendapat sambutan positif dari Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Mansouri, seperti disampaikannya kepada radio Suara Palestina. "Pemerintahan di Ramallah mendukung inisiatif Tunisia."
"Kami juga meminta Komite Investigasi Internasional untuk membentuk badan serupa yang pernah dibentuk untuk menyelidiki kematian (Perdana Menteri Lebanon) Rafiq Hariri sehingga kami dapat memecahkan banyak masalah atas sejumlah pertanyaan yang tak terjawab," kata dia.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kepemimpinan otoritas Palestina dapat memberikan jawaban kepada seluruh rakyat agar mereka bisa mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi atas kematian Arafat sehingga kami bisa segera menutup file ini."
Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, melihat adanya alasan mengapa jasad Yasser Arafat tidak boleh digali kembali menyusul laporan Al Jazeera yang menyebutkan bahwa almarhum meninggal kemungkinan karena keracunan, kata juru bicara Presiden, Rabu 4 Juli 2012.
Nabil Abu Rudeinah, otoritas Palestina, mengatakan dia akan menggunakan, "Para ahli dari negara-negara Arab dan ilmuwan internasional guna mendapatkan bukti-bukti baru."
Nimr Hamad, pembantu Abbas, mengatakan pada Kamis 5 Juli 2012 bahwa mereka akan mengirimkan para ahli ke Eropa guna mempelajari hasil studi Institut Swiss yang mengungkapkan kasus kematian Arafat.
Sembilan bulan lalu, hasil investigasi Al Jazeera menemukan bukti bahwa benda-benda yang dikenakan Arafat, seperti pakaian, sikat gigi, kafiyeh--penutup kepala sekaligus ikon dirinya--mengandung racun polonoium tingkat tinggi berikut elemen radiokatif.
Para ilmuwan di Institut de Radiophysique, Lausanne, Swiss, yang mempelajari seluruh benda-benda pribadi Arafat berkesimpulan tulang-tulang Arafat banyak mengandung racun. "Penelitian ini tak terkait dengan politik atau alasan agama tertentu," kata Abu Rudeinah. "Termasuk penggalian jenazah Arafat sesuai dengan alasan ilmu pengetahuan dan medis."
Saeb Erekat, juru runding Palestina, menyerukan kepada Komite Internasional untuk mempelajari kematian Arafat. Hal yang sama pernah terjadi pada masalah kematian Hariri pada 2005. "(Itu) harus dilakukan," kata Erekat kepada Al Jazeera. "Kami akan melakukannya melalui PBB, Dewan Keamanan. Kami berharap setiap orang akan bekerja sama dengan kami sebab langkah kami semata-mata demi mencari kebenaran, lain itu tidak."
Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, mengatakan investigasi kematian Arafat adalah tugas nasional dan bangsa Arab. "Gerakan Hamas pertama adalah perlunya investigasi serius atas pembunuhan syuhada Yassefa Arafat jika hal tersebut merupakan sebuah upaya pembunuhan dan bukan akibat kematian wajar," katanya.
"Pengungkapan (kematian) tersebut harus dilakukan dengan kombinasi antara rakyat Palestina dengan bangsa Arab untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi, bagaimana Yasser Arafat dibunuh, dan tangan siapa di balik kejahatan ini."
Berbicara kepada Al Jazeera, Rabu 4 Juli 2012, Suha Arafat, istri almarhum pemimpin Palestina, mengatakan pengungkapan penyebab kematian tersebut harus sesegera mungkin dilakukan.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita terkait
Joe Biden Dukung Solusi Dua Negara untuk Perdamaian Palestina-Israel
27 Januari 2021
Pemerintahan Joe Biden juga akan membuka dua kantor perwakilan diplomatik Palestina di Washington dan Yerusalem setelah ditutup Donald Trump.
Baca SelengkapnyaGara-gara Yerusalem, Palestina Tarik Dubesnya dari Amerika
1 Januari 2018
Palestina menarik Husam Zomlot, dubes untuk Amerika Serikat menyusul keputusan kontroversial Washington soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel
Baca SelengkapnyaMesir Sambut Rekonsiliasi Hamas-Fatah di Palestina
18 September 2017
Mesir sambut rekonsiliasi Hamas dan Fatah untuk membangun persatuan Palestina.
Baca SelengkapnyaHamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
18 September 2017
Hamas menerima persyaratan damai yang ditawarkan kepala gerakan Fatah sekaligus Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengakhiri dua pemerintahan di Palestina.
Baca SelengkapnyaIsrael Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat
4 September 2017
Warga lainnya di kamp pengungsi, Aziz Arafeh, juga mengalami luka tembak di bagian lengan.
Baca SelengkapnyaIsrael Bangun Pemukiman di Palestina, PBB: Hambat Solusi 2 Negara
30 Agustus 2017
PBB mengatakan Israel bangun pemukiman di Palestina menjadi hambatan utama mencapai solusi dua negara dan proses perdamaian dengan Palestina.
Baca SelengkapnyaForum OKI, Menlu: Umat Islam Harus Bersatu Bantu Palestina
2 Agustus 2017
mengusulan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memberikan perlindungan internasional terhadap Masjid Al-Aqsa sebagai kompleks suci tiga agama.
Baca SelengkapnyaMasjid Al Aqsa, PKB Gelar Halaqoh Cari Solusi Konflik Palestina
29 Juli 2017
DPP PKB menggelar halaqoh ulama rakyat di Ponpes Al-Mizan Majalengka Jawa Barat mencari solusi konflik di Masjid Al Aqsa antara Palestina-Israel.
Baca SelengkapnyaDin Berharap RI Dorong Sidang Darurat untuk Palestina
28 Juli 2017
Din menilai pemerintah mampu mengerahkan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam dengan mengusulkan sidang darurat.
Baca SelengkapnyaPresiden Palestina Mahmoud Abbas Bekukan Hubungan dengan Israel
22 Juli 2017
Presiden Palestina Mahmoud Abbas membekukan sementara hubungan dengan Israel sebagai protes atas peraturan keamanan Masjid Al-Aqsa yang baru.
Baca Selengkapnya