Pembom Lockerbie Meninggal  

Reporter

Editor

Minggu, 20 Mei 2012 20:52 WIB

Abdel Basset al-Megrahi. REUTERS/Ismail Zetouny/Files

TEMPO.CO , Tripoli - Abdelbaset al-Megrahi, satu-satunya orang dihukum atas pemboman pesawat Pan Am tahun 1988 yang menewaskan 270 orang, meninggal di rumahnya di Tripoli, Libya.

Megrahi, 60 tahun, dihukum oleh pengadilan khusus di Belanda pada tahun 2001. Ia dibebaskan dari penjara di Skotlandia pada tahun 2009 atas dasar kemanusiaan. Dia menderita kanker dan dikatakan hanya akan bertahan hidup dalam hitungan bulan.

Ketika ia kembali ke ibukota Libya, ia disambut bak pahlawan. Pembebasannya memicu kemarahan dari keluarga korban bencana Lockerbie.

Tetapi yang lain percaya bahwa ia tidak bersalah. "Sebagai orang yang mengikuti persidangannya, saya tidak pernah mengambil pandangan bahwa Megrahi bersalah," kata David Ben-Ayreah. "Megrahi adalah korban ke-271 dari Lockerbie."

Saudaranya Abdulhakim mengatakan hari Minggu bahwa kesehatan Megrahi memburuk dengan cepat dan dia meninggal di rumah di Tripoli. Megrahi meninggal pukul 13.00 waktu setempat (11:00 WIB).

Bulan lalu, anak Megrahi mengatakan ayahnya telah dibawa ke rumah sakit untuk transfusi darah.

Megrahi, seorang pejabat intelijen Libya, selalu membantah bertanggung jawab atas pemboman Pan Am Penerbangan 103 pada Desember 1988. Pemboman di atas langit Lockerbie ini merupakan insiden teroris paling mematikan yang pernah terjadi di tanah Inggris.

Sebanyaka 259 orang di atas pesawat, yang sedang melakukan perjalanan dari London ke New York, tewas, bersama 11 orang lain yang tertimpa pesawat itu.



TRIP B | AP

Berita terkait

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.

Baca Selengkapnya

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.

Baca Selengkapnya

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.

Baca Selengkapnya

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.

Baca Selengkapnya

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.

Baca Selengkapnya

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.

Baca Selengkapnya

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."

Baca Selengkapnya

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).

Baca Selengkapnya