TEMPO.CO, Washington - Kabar sejuk datang dari Amerika Serikat untuk Myanmar. Pemerintah Barack Obama, Rabu, 4 April 2012, menyatakan akan segera mengirimkan duta besar dan mengapus larangan perjalanan serta sanksi ekonomi bagi Myanmar menyusul pelaksanaan pemilu yang dianggap berlangsung demokratis.
Myanmar, Ahad, 1 April 2012 lalu, telah menggelar pemilu sela untuk memperebutkan 45 kursi di parlemen yang lowong. Dari hasil pemilu tersebut, partai oposisi NLD yang dipimpin peraih Noberl Perdamaian Aung San Suu Kyi menyabet 44 kursi parlemen. Pengamat Barat maupun pemerintahan Amerika Serikat menganggap pesta demokrasi tersebut sudah cukup bukti bahwa junta militer telah melaksanakan janjinya.
Sikap Amerika Serikat disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton dalam sebuah pengumuman di kantornya. Menurut dia, pemilihan umum Ahad lalu, merupakan sebuah "demonstrasi dramatik populer yang akan membawa sebuah generasi reformis baru ke dalam pemerintahan."
"Ini sebuah langkah penting di negara yang mengalami transformasi," ujarnya seraya memberikan ucapan selamat kepada pemerintah Myanmar dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, yang sekaligus terpilih sebagai anggota parlemen.
"Sementara di sana masih terbentang luas pekerjaan, saya menghargai presiden dan rekan-rekannya atas kepemimpinannya. Saya juga memberikan ucapan selamat kepada Aung San Suu Kyi yang terpilih sebagai anggota parlemen," kata Clinton.
Segera setelah itu, Amerika Serikat akan mengirimkan duta besarnya ke Myanmar. Hubungan kedua negara terputus sejak 1988 ketika junta militer memerintah secara otoriter.
Clinton mengatakan, Washinton akan mengizinkan pejabat senior Myanmar mengunjungi Amerika Serikat dan mengurangi pelarangan perdagangan. Amerika Serikat juga akan membuka kantor perwakilan untuk urusan pembangunan internasional di Myanmar.
Pada kesempatan yang sama, Clinton mengatakan bahwa sanksi terhadap rakyat dan lembaga-lembaga di Myanmar segera dicabut. Amerika Serikat sebelumnya telah menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Myanmar, termasuk sanksi ekonomi dan pelarangan kunjungan pejabat setelah junta militer membatalkan kemenangan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi memenangkan pemilu 1990.
AP | CHOIRUL
Berita terkait
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam
29 Januari 2021
Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi
Baca SelengkapnyaInvestigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya
10 Februari 2018
Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.
Baca SelengkapnyaMiliter Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku
27 September 2017
Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.
Baca SelengkapnyaDewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya
26 September 2017
Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.
Baca SelengkapnyaMyanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine
26 September 2017
Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.
Baca SelengkapnyaPengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida
25 September 2017
Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaBangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar
23 September 2017
Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.
Baca SelengkapnyaWarga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar
6 September 2017
Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaJet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan
5 September 2017
Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.
Baca SelengkapnyaBentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi
27 Agustus 2017
ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.
Baca Selengkapnya