TEMPO.CO , Seoul: Seoul mengeluarkan larangan bagi sejumlah aktivis untuk menghadiri pertemuan di Shenyang, Cina, selama dua hari, terhitung mulai besok.
Pertemuan yang dihadiri sejumlah aktivis politik dari Korea Selatan dan Korea Utara itu bertujuan membahas pelaksanaan hasil pertemuan tingkat tinggi pertama antara Korea Selatan dan Korea Utara pada 2000. Termasuk membahas upaya yang lebih baik untuk mempererat hubungan serta kerja sama ekonomi yang lebih besar.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengeluarkan larangan atas permohonan izin sejumlah aktivis untuk pergi ke Shenyang. Larangan itu dikeluarkan dua hari sebelum pertemuan tersebut digelar. "Pertemuan itu tidak layak dengan situasi hubungan antar-Korea saat ini," kata juru bicara Kementerian Unifikasi seperti dikutip AFP kemarin.
Kebuntuan politik, kata juru bicara itu, seharusnya diselesaikan melalui dialog di level pemerintah. "Pertemuan ini boleh jadi berubah menjadi peristiwa politik terlepas dari perhatian aktivis Korea, yang akan mengakibatkan kontroversi yang tidak perlu," ujarnya.
Meski dilarang, Lee Seung-hwan, anggota senior organisasi yang memayungi sejumlah aktivis dalam pertemuan di Shenyang, bersumpah untuk tetap pergi menghadiri pertemuan yang akan mempererat ikatan kedua Korea itu. Mereka akan memutuskannya hari ini.
Pertemuan tingkat tinggi Antar-Korea tahun 2000 dan 2007 digelar untuk mempererat hubungan agar lebih baik dan mengadakan proyek ekonomi lintas batas. Namun persetujuan itu dilupakan sejak Presiden Lee Myung-bak berkuasa. Lee menjalankan kebijakan politik yang keras terhadap Pyongyang.
Korea Utara juga kerap menekan Korea Selatan untuk menghormati perjanjian dalam pertemuan itu.
Korea Selatan memiliki aturan yang memberlakukan sanksi denda atau hukuman lainnya terhadap siapa saja yang menghadiri pertemuan tanpa izin dengan warga Korea Utara. Setiap warga Korea Selatan juga harus terlebih dulu mendapatkan persetujuan untuk mengadakan pertemuan dengan Korea Utara atau berkunjung ke negara jirannya itu.
YONHAP | ASIAONE | MARIA RITA
Berita terkait
Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang
27 Juli 2019
Gerakan boikot produk Jepang di Korea Selatan semakin intensif dan diwarnai aksi vandalisme dengan merusak mobil-mobil buatan Jepang
Baca SelengkapnyaPemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer
31 Juli 2018
Pemerintah Korea Selatan kurangi masa tugas wajib militer
Baca SelengkapnyaRudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara
12 Oktober 2017
Rudal Taurus milik Angkatan Udara Korea Selatan ini dilengkapi dengan sistem antijam alias tidak bisa dibuat macet,
Baca Selengkapnya5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara
12 Oktober 2017
Korea Selatan ikut mengirimkan pesawat tempur F-15K, andalannya dalam iringan pesawat pengebom kelas berat milik Amerika yaitu B-1B Lancer kemarin.
Baca SelengkapnyaRemaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop
10 Oktober 2017
Para remaja Korea Selatan menikmati hidup seperti biasa, berjoget, berkumpul dan menikmati band K-Pop favoritnya karena tidak yakin perang terjadi.
Baca SelengkapnyaKhawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag
27 September 2017
Warga Korea Selatan memborong ransel untuk bertahan hidup saat perang atau WarBag menyusul meningkatnya ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.
Baca SelengkapnyaIni Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara
22 September 2017
You Jae Youn mengaku lebih banyak memikirkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dibandingkan ancaman nuklir Korea Utara.
Baca Selengkapnya58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang
9 September 2017
Rakyat Korea Selatan meminta pemerintah meningkatkan kemampuan teknologi pertahanan untuk menghadapi Korea Utara.
Baca SelengkapnyaTerlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri
3 September 2017
Seorang istri memotong penis suaminya di Korea Selatan karena sang suami terlalu sering bermain golf.
Baca SelengkapnyaPasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un
31 Agustus 2017
Korea Selatan tengah melatih pasukan khusus untuk melacak dan membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Baca Selengkapnya