TEMPO.CO , Jakarta:-- Sehari setelah Liga Arab menunda pengiriman misi pemantaunnya ke Suriah, sekitar 2.000 tentara Suriah kemarin bergerak memasuki pinggiran Kota Damaskus, yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan pemberontak.
Menurut aktivis, pasukan bergerak dengan menggunakan bus, perlengkapan senjata lengkap, dan 50 tank serta kendaraan militer lainnya memasuki kawasan timur Ghouta, lalu Saqba, Hammouriya, dan Kfar Batna. Pasukan memaksa memasuki jantung kota Kfar Batna dan menempatkan empat tank di pusat kota.
“Masjid-masjid berubah menjadi rumah sakit untuk mendapatkan darah. Mereka memutus listrik. Tempat pengisian bahan bakar kosong dan tentara mencegah masyarakat mendapatkan bahan bakar untuk generator atau alat pemanas,” kata Raid, aktivis di Saqba, yang berbicara lewat telepon satelit.
Sejak Sabtu pekan lalu, sudah 17 orang tewas akibat tembakan tentara yang berusaha menghalau pemberontak.
Pada Sabtu pekan lalu, Liga Arab menghentikan pengiriman misinya sehubungan semakin meningkatnya ketegangan di Suriah. Keesokan harinya, Ketua Liga Arab Nabil Elaraby berangkat ke New York, Amerika Serikat, untuk memberikan penjelasan kepada perwakilan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa besok. Ia meminta dukungan bagi rencana perdamaian di Arab dan meminta Presiden Suriah, Bashar Assad, turun dari jabatannya.
Pejabat pemerintah Suriah mengaku kaget dengan keputusan penundaan pengiriman misi Liga Arab yang akan menekan Dewan Keamanan PBB dengan cara meminta intervensi asing dan mendorong kelompok bersenjata meningkatkan aksi kekerasan.
Untuk mengatasi kebuntuan antara pemerintah Suriah dan oposisi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemarin meminta agar jumlah pengamat internasional ditambah. “Saya ingin mengajukan peningkatan jumlah pengamat daripada menguranginya,” kata Lavrov menanggapi keputusan Liga Arab menarik perwakilannya dari tim misi pemantau.
Lavrov juga menginginkan laporan yang dibuat tim pemantau untuk diserahkan oleh menteri-menteri Liga Arab ke Dewan Keamanan PBB pekan depan. Ada dugaan beberapa informasi dari laporan itu hilang dari dalam dokumen. “Kami akan mendengar tentang proposal mereka, tapi kami ingin melihat laporan itu sendiri,” kata Lavrov.
Pekan lalu, Rusia menentang sanksi yang diusulkan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap Suriah tahun lalu. Lavrov mengatakan, Moskow akan menjadi penghalang bagi PBB menyepakati penjatuhan sanksi.
REUTERS | HAARETZ | RIA NOVOSTI | MARIA RITA