Iran Mulai Rangkul Amerika Latin

Reporter

Editor

Selasa, 10 Januari 2012 03:03 WIB

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berjalan bersama Wakil Presiden Venezuela Elias Jaua (kanan) di Bandar Udara Simon Bolivar, Caracas, Venezuela, Minggu (8/1). REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

TEMPO.CO KARAKAS:- Presiden Venezuela Hugo Chavez melakukan pembicaraan dengan koleganya, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, dalam lawatan pertama Ahmadinejad ke empat negara di Amerika Latin. Menurut kantor berita IRNA, pemimpin Iran itu tiba di Karakas kemarin bersama para menterinya. Setelah Venezuela, rombongan menuju Nikaragua hari ini, lalu Ekuador, dan terakhir Kuba.



Iran-Venezuela makin rapat. Mereka sudah meneken 270 kesepakatan, termasuk soal perdagangan, konstruksi, pabrik mobil dan traktor, inisiatif energi, serta perbankan. Tak pelak, lawatan Ahmadinejad mengail dukungan dari para pemimpin kawasan yang berhaluan kiri untuk dukungan terhadap sanksi-sanksi baru Barat guna mengisolasi negeri Islam itu dan targetnya, ekspor minyak.



Ahad lalu, Presiden Venezuela Hugo Chavez cuek atas peringatan Amerika Serikat. "Seorang juru bicara Washington dari Departemen Pertahanan dan Gedung putih mengungkapkan, Amerika tak nyaman dengan negara mana pun yang merapat ke Iran," ujar Chavez dalam pidato yang disiarkan di televisi.



"Mereka tidak bakal bisa mendominasi dunia. Lupakan itu, (Presiden Barack) Obama. Lebih baik berpikir soal masalah yang banyak di negaramu," katanya. "Kami bebas. Rakyat Amerika Latin tak pernah mau lagi didominasi oleh penjajah Yankee."



Tapi tak semua orang di Venezuela gembira dengan lawatan Ahmadinejad. Diego Arria, seorang politikus oposisi, menggambarkan lawatan itu sebagai sebuah "provokasi" ke Amerika Serikat dan memalukan Venezuela.



Advertising
Advertising

Ketegangan antara Iran dan Barat meningkat setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa memperluas sanksi-sanksi buat Teheran dalam beberapa bulan ini soal sengketa nuklir Iran.




Dari Wina, para diplomat membenarkan laporan Iran telah mengoperasikan pengayakan uranium bawah tanah. Dua diplomat mengungkapkan kepada The Associated Pres bahwa sentrifugal di fasilitas Fordow bisa memperkaya uranium menjadi 20 persen.



Angka itu lebih tinggi dibanding 3,5 persen pada fasilitas pembangkit utama dan dapat dialihkan dengan cepat menjadi material hulu ledak. Disebutkan pula bahwa 348 mesin beroperasi di Fordow. Kedua diplomat menyatakan hal tersebut berdasarkan informasi dari inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan lalu.



Adapun koran Kayhan adalah yagn pertama kali melaporkan beroperasinya pengayakan canggih di bunker Fordow itu. Ukurannya lebih kecil, tapi mesin sentrifugalnya lebih efisien serta terlindungi dari pesawat pengintai dan serangan udara sejauh 90 meter dari pegunungan batu.



Kepala Nuklir Iran, Fereidoun Abbasi, menuturkan pada Sabtu pekan lalu bahwa negaranya akan segera memulai pengayakan uranium di Fordow. Negara itu memperkaya uranium kurang dari 5 persen selama bertahun-tahun.



Tapi hampir mendekati 20 persen sejak Februari 2010. Disebutkan bahwa dibutuhkan material kelas tinggi guna memproduksi bahan bakar untuk reaktor Teheran yang dipakai untuk medikal radioisotop untuk pasien. Sedangkan uranium tingkat senjata biasanya diperkaya hingga 90 persen.

FOX NEWS | REUTERS | THE GUARDIAN | THE WASHINGTON POST | DWI ARJANTO

Berita terkait

Amerika Serikat Mengutuk Serangan Berdarah ke Parlemen Venezuela

6 Juli 2017

Amerika Serikat Mengutuk Serangan Berdarah ke Parlemen Venezuela

Pemerintah Venezuela harus secepatnya melindungi anggota parlemen dan memberikan pengobatan terhadap korban serangan yang mengalami luka-luka

Baca Selengkapnya

Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube

5 Juli 2017

Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube

Polisi Venezuela yang buron setelah mencuri helikopter untuk melemparkan granat ke Mahkamah Agung mendadak muncul di YouTube.

Baca Selengkapnya

Pilot Helikopter Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Diburu

29 Juni 2017

Pilot Helikopter Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Diburu

Pasukan khusus Venezuela memburu pilot helikopter Oscar Perez, 36 tahun, yang menyerang gedung Mahkamah Agung dengan granat.

Baca Selengkapnya

Siapa Pilot Penyerang Mahkamah Agung Venezuela?  

28 Juni 2017

Siapa Pilot Penyerang Mahkamah Agung Venezuela?  

Polisi muda Venezuela muncul dalam rekaman video di Instagram menjelaskan alasan granat dilempar ke gedung Mahkmah Agung.

Baca Selengkapnya

Krisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung  

28 Juni 2017

Krisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung  

Helikopter milik polisi Venezuela dipakai untuk melemparkan 4 granat ke gedung Mahkamah Agung dan menembaki gedung Kementerian Dalam Negeri.

Baca Selengkapnya

Dilanda Krisis, Venezuela Naikkan Gaji PNS dan Tentara

2 Mei 2017

Dilanda Krisis, Venezuela Naikkan Gaji PNS dan Tentara

Ini adalah kenaikan gaji ketiga di Venezuela sepanjang 2017 dan ke-15 kalinya sejak Maduro berkuasa pada 2013.

Baca Selengkapnya

Presiden Maduro Disebut Diktator, Venezuela Pilih Keluar dari OAS  

28 April 2017

Presiden Maduro Disebut Diktator, Venezuela Pilih Keluar dari OAS  

Venezuela segera keluar dari organisasi negara-negara Amerika atau OAS setelah Presiden Nicolas Maduro dijuluki diktator.

Baca Selengkapnya

Menakjubkan, Bayi Keluar Sendiri Saat Ibu Jalani Operasi Caesar  

25 April 2017

Menakjubkan, Bayi Keluar Sendiri Saat Ibu Jalani Operasi Caesar  

Rekaman memperlihatkan cara bayi keluar dari perut si ibu tanpa bantuan tim medis saat operasi caesar berlangsung.

Baca Selengkapnya

Tiga Tewas dalam Unjuk Rasa Terbesar di Venezuela  

20 April 2017

Tiga Tewas dalam Unjuk Rasa Terbesar di Venezuela  

Sedikitnya tiga orang tewas dalam unjuk rasa di Venezuela yang menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.

Baca Selengkapnya

Kekurangan Obat, Presiden Venezuela Minta Bantuan PBB

25 Maret 2017

Kekurangan Obat, Presiden Venezuela Minta Bantuan PBB

Federasi Farmasi Venezuela memperkirakan sekitar 85 persen obat tidak tersedia bagi warga Venezuela.

Baca Selengkapnya