Serdadu Libya Menuntut Gaji

Reporter

Editor

Jumat, 6 Januari 2012 12:07 WIB

Para serdadu Libya berdiri di depan Bank Sentral Libya untuk menuntut 3 bulan gaji mereka yang belum dibayarkan di Benghazi, Libya, Kamis (5/1). REUTERS/Esam Al-Fetori

TEMPO.CO , Benghazi - Ratusan serdadu Libya menggelar aksi protes di sebelah timur Kota Benghazi, Kamis, 5 Januari 2011. Mereka menuntut pembayaran gaji mereka yang terlambat. Para serdadu yang tak berminat bergabung dengan tentara nasional baru Libya ini juga mengeluh karena barak mereka direbut oleh kelompok milisi.

Para serdadu, yang terpinggirkan di era Muammar Qadhafi, berkumpul di kantor cabang bank sentral Benghazi. Mereka datang dengan berseragam militer lengkap. Menurut mereka, pemerintahan baru harus fokus untuk membangun tentara baru ketimbang memberikan uang kompensasi kepada bekas pemberontak yang membentuk milisi regional yang berkuasa sejak Qathafi jatuh.

“Kaum revolusioner tidak ingin bergabung dengan organisasi militer. Mereka ingin mempertahankan kondisi seperti ini,” kata Al Mabrouk Abdullah al-Oraibi yang sebelumnya bekerja di Departemen Pembukuan Militer, tetapi pindah ke Polisi Militer.

Qadhafi tak mempercayai militer dan secara efektif membongkar angkatan bersenjata pada 1990-an, kemudian menyisakan mereka dengan sedikit pasukan dan senjata. Dia menempatkan kekuasaan di tangan milisinya sendiri yang bergerak lincah untuk menumpas para penentangnya pada Februari 2011.

Sejumlah besar perwira militer membelot ketika pemberontakan pecah di negeri itu. Beberapa serdadu biasa ditekan untuk bertempur bagi Qadhafi, tetapi banyak di antara mereka memilih tinggal di rumah atau bergabung dengan revolusi.

“Kami tidak dibayar selama beberapa bulan. Dewan Nasional menyingkirkan tentara Libya dan mereka lebih memilih para milisi,” ujar Oraibi, 28 tahun.

Awal pekan ini, Libya menunjuk Kepala Angkatan Bersenjata sebagai langkah awal pembentukan militer baru. Pada saat yang sama, Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC) Mustafa Abdul Jalil mengingatkan peperangan di antara milisi dapat memicu perang saudara setelah empat militan terbunuh dalam sebuah pertikaian di Tripoli.

Para bekas pemberontak menginginkan uang lebih banyak sebagai upah menyingkirkan Qathafi. Mereka juga ingin pemerintah memotong gaji para pejabat tinggi yang melayani Qadhafi.

Oraibi mengatakan NTC harus mulai menyusun kembali tentara secepatnya. Menurut dia, barak militer sudah dikuasai oleh milisi ketimbang militer. Ibrahim al-Sahati, 50 tahun, yang bertugas di militer selama 32 tahun dan bergabung dengan polisi militer setelah pemberontakan, lebih mengkhawatirkan persediaan buat anak-anaknya.

“Setiap saat saya pergi ke kantor untuk menanyakan gaji saya. Mereka bilang saya akan segera menerimanya dan itu sudah berlangsung selama empat bulan,” kata Sahati.

“Saya punya anak dan tahun ajaran baru segera dimulai. Mereka butuh baju, tas sekolah, buku, alat tulis, dan saya tak punya uang untuk semua itu,” tambahnya.

REUTERS | SAPTO YUNUS






Advertising
Advertising












Berita terkait

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.

Baca Selengkapnya

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.

Baca Selengkapnya

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.

Baca Selengkapnya

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.

Baca Selengkapnya

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.

Baca Selengkapnya

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.

Baca Selengkapnya

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."

Baca Selengkapnya

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).

Baca Selengkapnya