Anggota Garda Revolusi Iran menjaga pesawat mata-mata tanpa awak RQ 170 milik Amerika Serikat yang jatuh di Iran (8/12). Iran menyatakan bahwa mereka berhasil menembak pesawat tersebut di Iran Timur. REUTERS/Sepah News.ir
TEMPO Interaktif, Istanbul - Seorang insinyur Iran mengatakan Iran memandu pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) agar mendarat di dalam wilayah Iran dengan mengeksploitasi kelemahan navigasi pesawat itu. Insinyur yang kini menangani pesawat itu mengatakan para ahli perangkat elektronik perang berhasil memutus rantai komunikasi pesawat jenis RQ-170 Sentinel itu dengan operatornya.
Belajar dari pesawat AS yang jatuh sebelumnya dan kemampuan teknik, para spesialis itu kemudian menyusun kembali koordinat GPS (global positioning system) pesawat agar mendarat di Iran. Mereka menduga pesawat itu berasal dari basis AS di Afganistan.
“Navigasi GPS adalah titik paling lemah,” kata insinyur Iran itu dalam wawancara dengan Christian Science Monitor, Kamis, 15 Desember 2011. “Dengan menyumbat komunikasi, Anda memaksa pesawat itu menggunakan autopilot. Inilah yang membuat pesawat itu kehilangan otaknya,” ujar insinyur yang tak mau disebut namanya demi keamanan.
Dia mengatakan para ahli itu mampu membuat pesawat itu mendarat dengan sendirinya seperti keinginan mereka, tanpa harus mengacau sinyal dan komunikasi pengendali jarak jauh dari pusat pengendali AS.
Menurut kantor berita Fars, dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi, komandan Pasukan Dirgantara Garda Revolusioner, Amir Ali Hajizadeh, mengatakan pesawat itu memasuki wilayah udara Iran untuk misi mata-mata. “Setelah memasuki bagian timur negara, pesawat ini jatuh ke perangkap angkatan bersenjata kami dan turun tanpa kerusakan berarti,” ujar Hajizadeh.