Ribuan orang berunjukrasa menentang pemerintah di al-Assy square, Hama, Suriah (22/7). AP/Shaam News Network
TEMPO Interaktif, London - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan jumlah warga sipil yang tewas akibat kekerasan di Suriah sudah menembus angka 4.000 jiwa. Laporan itu disampaikan pada Kamis, 1 Desember 2011, ketika Inggris, Uni Eropa, dan negara-negara Arab kembali menekan rezim Presiden Bashar al-Assad agar segera mengakhiri aksi kekerasan di negeri itu.
Komisioner Hak Asasi Manusia PBB, Navi Pillay, mengatakan kondisi di Suriah saat ini bisa dianggap sebagai perang saudara. Senin lalu PBB menuding pemerintah Suriah telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan menyatakan 256 anak-anak tewas sejak kerusuhan pecah di negeri itu pada Maret lalu.
“Kami menerima informasi 4.000 ribu orang tewas, tapi informasi yang dapat diandalkan menyatakan jumlahnya lebih dari itu,” kata Pillay. Jumlah korban itu diungkap saat Inggris menuduh Iran membantu aksi penindasan di Suriah sebagai bagian dari strateginya mencari dukungan yang lebih luas atas sanksi terhadap kedua negara. Suriah menyatakan tindakan pasukan keamanan itu untuk memerangi para teroris bersenjata yang didukung oleh negara-negara Arab dan Barat.
“Ada hubungan antara apa yang terjadi di Suriah dan yang terjadi di Iran,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague.
Hague mengatakan pemerintah Iran telah memberikan bantuan kepada rezim Assad dalam upaya mengontrol dan menekan pengunjuk rasa. Arab dan Barat menyatakan ada bukti Iran menyediakan bantuan keuangan, logistik, dan nasihat keamanan aktif kepada rezim Assad. Menurut seorang diplomat senior Arab, ada 300-400 personel pasukan revolusioner Iran yang berada di Suriah.