“Kita menginginkan, Tunisia dapat menjadi gateway bagi perdagangan Indonesia di pasar Eropa,” ujar Makarim di sela-sela kesibukannya melayani tamu delegasi Tunisia. Pasalnya, kata dia, Tunisia dianggap berhasil dalam menjalin hubungan perdagangan dengan Eropa. Ini terutama didukung dengan letak geografisnya yang memudahkan melakukan kontak dagang dengan negara-negara Eropa.
Indonesia dan Tunisia akan menandatangani Memorandum of Understanding yang memuat kerjasama promosi perdagangan kedua negara. “Proyek-proyeknya, kita tunggu saja kepastiannya besok (Rabu, 4/7, red),” kata Makarim yang juga menjabat sebagai Dirjen Hubungan Luar Negeri, Departemen Luar Negeri. Hubungan Indonesia–Tunisia dalam bidang perdagangan resmi dimulai sejak ditandatanganinya Persetujuan Perdagangan oleh Menteri Luar Negeri kedua negara pada 1983.
Sasaran kerjasama lainnya yang diutamakan kedua negara, jelas Makarim, adalam mengenai kemungkinan dilakukannya perdagangan dengan cara counter trade. “Nanti akan dibicarakan, bagaimana kita menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral serta pengembangan usaha kecil dan menengah. Ini adalah salah satu realisasi Joint Communique G-5 bidang perbankan,” ungkap Makarim yang mengingatkan kembali para wartawan pada even yang berlangsung akhir Juni lalu.
Rencananya, pada pertemuan komisi bersama yang ke-6 ini kedua negara akan membahas upaya perluasan kerjasama bidang pertanian, kebudayaan, pariwisata, serta kerjasama teknik. Kerjasama dalam bidang-bidang tersebut merupakan rangkaian program Kerjasama Teknik Negara Berkembang (KNTB), menurut Ketua Delegasi Tunisia, Mohammed Mouldi Kefi, belum dimanfaatkan secara maksimal. Ini ia katakan kepada Makarim saat baru tiba di Indonesia, Senin (2/3) malam.
Kedua negara juga mengajak sektor swasta untuk ambil bagian dalam pertemuan sebagai sarana memajukan ekspor-impor kedua negara. TNR sempat melihat berbagai produk seperti hasil pertanian, kulit dan sepatu, tekstil dan pakaian jadi, furniture, bahan bangunan, hingga komponen mobil dari Indonesia dan Tunisia dipamerkan sebagai sampel untuk mencari peluang dagang sektor swasta kedua negara.
Pertemuan berlangsung selama dua hari, 3 dan 4 Juli, dengan memuat agenda yang padat dari pagi hingga malam dalam dua hari tersebut. Pertemuan ditutup 4 Juli dengan ditandataganinya MoU bidang perdagangan oleh Makrim Wibisono dan Mohammed Mouldi Kafi yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Asia, Departemen Luar Negeri Tunisia. (Sri Wahyuni)