TEMPO Interaktif, Kairo - Menjelang tenggat penyerahan diri yang diberikan kubu pemberontak di negaranya, pemimpin Libya Muammar Qadhafi malah menyerukan perlawanan gerilya kepada para pendukungnya. Ia berjanji akan membuat Libya membara dan para pendukungnya tak akan menyerah.
"Siapkan dirimu. Akan terjadi perang panjang dan gerilya," kata Qadhafi seperti dikutip sejumlah saluran televisi di Al Arabiya dan Suriah Arrai, Jumat, 2 September 2011. “ Saya lebih suka mati ketimbang melihat Libya di bawah kendali NATO”
Berita utama singkat berisi pesan Qadhafi itu pertama kali disiarkan televisi Al Arabiya, Kamis, 1 September 2011. Namun, saluran televisi Suriah Arrah kemudian menyiarkan ulang rekaman suaranya. “Bahkan, jika kalian tidak mendengar suara saya, lanjutkan perlawanan,” kata Qadhafi pada para pendukungnya dalam pesan yang menjadi berita utama televisi Arai itu.
Sebelumnya, Qadhafi bersumpah tak akan menyerah. Ia menagih janji para loyalis pendukungnya untuk tetap melawan para pemberontak. "Kita tidak akan menyerah. Kita bukan wanita. Kita akan terus berperang," katanya. "Biarkan Libya ditelan api”
Janji perang Qadhafi itu disiarkan ketika semakin banyak negara mengakui Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya. NTC atau kelompok pemberontak kini berkuasa setelah mendongkel Qadhafi.
Kubu pemberontak ini memberikan tenggat bagi pasukan Qadhafi hingga Sabtu, 3 September 2011 esok untuk menyerahkan diri. Penyerahan diri digelar di Sirte, kota kelahiran Qadhafi. Seorang pemimpin militer Libya menyebut, Qadhafi diperkirakan berada di Bani Walid, luar Tripoli, dan merencanakan perlawanan kembali. Namun, surat kabar Aljazair melaporkan, Qadhafi berada di kota perbatasan Ghadamis.
Sebelumnya, Qadhafi mengatakan suku-suku di Bani Walid dan Sirte bersenjata dan tidak bisa ditaklukkan. "Kami akan berperang dari lembah ke lembah, dari gunung ke gunung," katanya. Ia juga menyebut, “Ada orang-orang yang takut suara saya akan terdengar oleh penduduk Libya dan berusaha mengacaukan transmisi,"
Sejauh ini, sejumlah negara menyebutkan pengakuan mereka atas Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya. Pengakuan itu diumumkan sejumlah negara yang khusus membahas soal masa depan Libya dalam pertemuan di Paris, Prancis, Jumat, 2 September 2011.
Sejauh ini NTC melobi keras untuk mendapat pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel Qadhafi. Sejumlah negara besar memberikan bantuan pendanaan dan mengucilkan Qadhafi, di antaranya Amerika, Prancis, Inggris, lalu Rusia, Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol, dan AS.
Qadhafi, 68 tahun, adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Qadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
WDA | AFP | REUTERS| AL ARABIYA | ANT
Berita terkait
Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas
10 September 2018
Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.
Baca SelengkapnyaTrump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara
18 Mei 2018
Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.
Baca SelengkapnyaSempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan
11 Juni 2017
Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.
Baca SelengkapnyaISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya
28 Februari 2017
Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.
Baca SelengkapnyaBulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya
22 Februari 2017
Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.
Baca SelengkapnyaLibya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa
5 Februari 2017
Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.
Baca SelengkapnyaGara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas
21 November 2016
Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.
Baca SelengkapnyaTragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper
3 Oktober 2016
"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."
Baca SelengkapnyaLibya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS
17 Agustus 2016
"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.
Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya
2 Agustus 2016
Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).
Baca Selengkapnya