Paman Bunuh Keponakan Berusia Enam Tahun karena Berisik
Reporter
Editor
Senin, 13 Juni 2011 08:59 WIB
sxc.hu
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur - Bocah berusia enam tahun di Sabah, Malaysia, tewas ditusuk karena berisik. Bocah itu dibunuh pamannya sendiri.
Menurut berita yang dilansir Metro Ahad, Mohd Khairadri Awang Ahmad dan dua kakaknya diserang paman mereka di rumah mereka di sebuah flat di Jalan Batu Sapi, Jumat malam, 10 Juni 2011. Paman mereka mengamuk karena mereka berisik saat bermain.
Paman mereka yang tinggal satu lantai di bawah mereka menggunakan pisau dapur untuk membunuh korban serta dua kakaknya: Mohd Fadli Zairi, 12 tahun, dan Nur Salinah, 10 tahun.
Tetangga mereka melarikan ketiga bocah tersebut ke Duchess of Kent Hospital. Mohd Khairadri tertusuk di perut dan meninggal saat tiba di rumah sakit. Mohd Fadli masih dirawat atas luka di dadanya, sedangkan Nur Salinah mengalami luka di pergelangan tangannya.
Menurut berita Metro Harian, orang tua ketiga anak tersebut tidak ada di rumah saat kejadian naas tersebut terjadi. Sang paman yang dikabarkan berusia sekitar 20 tahun masuk ke rumah mereka dan memperingatkan mereka agar diam. Pasalnya, suara berisik mereka sangat mengganggu.
Ketika ketiga anak tersebut bersikap mengabaikan perintah, sang paman lalu masuk ke dapur mengambil pisau. Mohd Fadli dan Nur Salinah berhasil kabur ke rumah tetangga untuk mencari pertolongan. Sementara, Mohd Khairadri ditemukan berlumuran darah ketika tetangga mendatangi rumah korban.
Wakil Kepala Kepolisian Sandakan, Fadzil Mohd Ali, mengatakan tersangka sudah ditangkap dan kemungkinan dijerat Pasal 302 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atas pembunuhan.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.