Sarkozy Pernah Peringatkan Strauss-Kahn  

Reporter

Editor

Jumat, 20 Mei 2011 05:58 WIB

Nicolas Sarkozy. REUTERS/Philippe Wojazer
TEMPO Interaktif, New York - Harian Prancis, Le Figaro, kemarin mengungkapkan bahwa Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah lama mewanti-wanti Dominique Strauss-Kahn alias DSK, Kepala Dana Moneter Internasional (IMF), yang kini tengah terbelit skandal kejahatan seks di New York Amerika Serikat. "Hidupmu akan diamati dengan kaca pembesar di Amerika," ujar Sarkozy.

Saat itu, tepatnya pada 2007, Sarkozy baru saja merestui penempatan DSK di Washington DC guna memimpin IMF. "Kami memperingatkan dia," tutur Sarkozy, yang sedianya akan bertarung dengan DSK dalam pemilihan Presiden Prancis pada 2012. Sebagaimana dikutip Le Figaro, Sarkozy menekankan,"Di sana mereka tak main-main soal ini."

Sarkozy bukan satu-satunya orang yang tahu "hobi" DSK--yang disebut-sebut gemar merayu perempuan. Jean Quatremer, seorang jurnalis media Liberation yang condong ke kiri, pernah menulis begini, "Satu-satunya kelemahan Strauss-Kahn adalah perempuan." Menurut Quatremer, DSK kelewat berlebihan kalau menyangkut cewek.

"Batas antara merayu dan melecehkan tipis," kata Quatremer. "Media tahu soal ini meski kami di Prancis tak pernah membicarakannya. Sudah jadi rahasia umum, tiga tahun lalu perselingkuhan DSK dengan bawahannya di IMF terungkap. Gara-gara itu, DSK mesti meminta maaf secara terbuka.

Belakangan, germo papan atas di New York, Kristin Davis, 35 tahun, yang dijuluki Madam Manhattan, mengaku beberapa kali memasok DSK dengan sejumlah perempuan peliharaannya. "Dia pernah menjadi klien saya," ujar Davis, yang kerap menyediakan pelacur untuk kalangan terkemuka di Amerika Serikat. "Dia selalu memesan cewek yang segar."

Pernah pada 2006, kata Davis, DSK menelepon dia selepas mengikuti konferensi yang dibuka Presiden Bill Clinton. "Saya kasih dia cewek Brasil," tuturnya, seraya menambahkan DSK membayar tunai US$ 1.200. Hanya, kata dia, anak buahnya mengeluhkan kelakuan DSK. "Dia pemarah dan suka kasar." Kekerasan seksual itulah yang akhirnya menyeret DSK.

"Klien saya dikunci di kamarnya, diraba-raba, dan dipaksa melayani hasrat seksualnya," ujar Jeffrey Shapiro, pengacara pelayan asal Gini berusia 32 tahun tersebut. Ia juga membantah kabar bahwa hubungan seks itu atas dasar suka sama suka seperti disampaikan kuasa hukum DSK, Benjamin Brafman. "Jelas sekali ini pemaksaan secara fisik."

Akan tetapi, sebagian besar warga Prancis masih percaya DSK dijebak oleh lawan-lawan politiknya. Apalagi, dalam jajak suara bulan lalu, nama DSK masih populer didengung-dengungkan sebagai pengganti Sarkozy. "Beliau masih merupakan kandidat yang potensial," kata bekas Menteri Kebudayaan Prancis Jack Lang.

Malahan, bekas Menteri Kehakiman Robert Badinter mencerca media massa di Amerika Serikat, terutama setelah foto DSK digiring polisi dengan tangan diborgol tersebar di media massa. "Media massa telah melakukan pembunuhan karakter!" tuturnya. Kritik itu dijawab Wali Kota New York Michael Bloomberg. "Kalau tak mau diborgol, jangan lakukan kejahatan," ujarnya.
Polisi kini masih terus memeriksa karpet dan DNA yang didapat dari bak mandi di lantai 28, suite room Hotel Sofitel di Manhattan. Hari ini dijadwalkan Pengadilan Kriminal Manhattan akan menyidangkan kasus tersebut dengan meminta kesaksian korban.

NYTIMES | DAILYMAIL | THE TELEGRAPH | ANDREE PRIYANTO

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya