Sang mertua, Ahmed Abdul-Fattah al-Saada, mengatakan keduanya menikah pada 1999 sebelum serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Yang diketahui, menantunya mendukung para pejuang yang bertempur melawan Uni Soviet di Afganistan.
Saada katakan kepada Reuters, permintaan itu diajukan beberapa kali sebelum dia mengabulkan Amal, salah satu dari 17 anaknya menuju Afganistan untuk menikah dengan Bin Ladin ketika masih berusia 18 tahun.
"Putriku adalah istri Usamah Bin Ladin, tak lebih dari itu. Dia tak memiliki hubungan dengan organisasi Al-Qaidah. Saya percaya dia tak bersalah," ujarnya kepada Reuters dalam sebuah wawancara di rumahnya yang sederhana di ibu kota Yaman, Sanaa. Ditambahkan, dia sangat berharap putrinya segera pulang dari Pakistan.
"Kami bukanlah simpatisan aksi Bin Ladin dan organisasi Al-Qaidah."
Yaman merupakan tanah asal leluhur Bin Ladin sekaligus menjadikan negeri itu sebagai kawasan mempersenjatai kelompol Al-Qaidah yang mengklaim bertanggung jawab atas peledakan pesawat Amerika Serikat 2009. Kelompok ini juga mengaku peledak bom kapal kargo yang melintasi kawasan ini menuju Amerika Serikat pada 2010.
Banyak di antara para peserta latihan di kamp-kamp Al-Qaidah di Afganistan berasal dari Yaman sebelum mereka melakukan serangan 11 September.
Saada katakan, putrinya bisa berhubungan dengan Bin Ladin melalui lingkaran dekat, sebagaimana remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah agama Islam yang diasuh istri Rashad Mohammed Saeed, seseorang yang dikenal militan. Selama menjadi mertua, dia sama sekali belum pernah menerima uang dari menantu kelahiran Arab Saudi itu.
CA