TEMPO Interaktif, Tripoli - Massa menyerang kedutaan besar negara-negara Barat dan kantor PBB di Tripoli Minggu, 1 Mei 2011, setelah NATO mengebom rumah putra Muammar Qadhafi. Serangan itu menewaskan putra Qadhafi dan tiga cucunya berusia 6 bulan hingga 2 tahun.
Rusia mengatakan aliansi Barat telah melewati mandat PBB untuk melindungi warga sipil Libya dengan serangan itu.
Beberapa kedutaan besar itu kosong dan tidak ada yang dilaporkan terluka, namun serangan itu menaikkan ketegangan antara rezim Libya dan negara-negara Barat, sehingga mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menarik staf internasionalnya keluar dari ibu kota.
Pemboman itu tidak memperlambat serangan pasukan Qadhafi di benteng-benteng pemberontak di bagian barat Libya yang sebagian besar masih di bawah kendali rezim.
Pelabuhan pemberontak Misrata, yang telah dikepung pasukan Qadhafi selama dua bulan, mendapat serangan berat hari Minggu dan setidaknya 12 orang tewas, kata seorang tenaga medis.
Qadhafi telah berulang kali menyerukan gencatan senjata, terakhir pada hari Sabtu, tetapi tidak menghentikan serangannya ke Misrata, kota berpenduduk 300 ribu di mana ratusan telah tewas sejak pemberontakan melawan penguasa Libya meletus pada pertengahan Februari.
Para pemberontak, yang mengendalikan sebagian besar wilayah Libya timur, tidak mampu memperoleh keuntungan di medan perang meski dibantu serangan udara NATO yang telah berminggu-minggu.
Pejabat aliansi dan pemimpin sekutu dengan tegas menyangkal mereka memburu Qadhafi untuk memecahkan kebuntuan antara pasukan pemerintah yang lebih terlatih dan pemberontak yang bersenjata ringan.
Letnan Jenderal Charles Bouchard dari Kanada, yang memimpin operasi NATO di Libya, mengatakan bahwa, "Kami tidak menargetkan individu."
Namun, para pemimpin AS, Inggris dan Prancis telah mengatakan Qadhafi harus pergi, yang memicu peringatan anggota Dewan Keamanan PBB Rusia, Cina dan Brasil terhadap upaya NATO untuk mengganti rezim.
Dalam pernyataan kerasnya, Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Minggu menuduh NATO "menggunakan kekuatan tidak proporsional" dan meragukan pernyataan NATO bahwa mereka tidak menargetkan Qadhafi atau anggota keluarganya. Rusia menyerukan gencatan senjata segera.
AP | ERWIN Z
Berita terkait
Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas
10 September 2018
Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.
Baca SelengkapnyaTrump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara
18 Mei 2018
Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.
Baca SelengkapnyaSempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan
11 Juni 2017
Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.
Baca SelengkapnyaISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya
28 Februari 2017
Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.
Baca SelengkapnyaBulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya
22 Februari 2017
Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.
Baca SelengkapnyaLibya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa
5 Februari 2017
Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.
Baca SelengkapnyaGara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas
21 November 2016
Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.
Baca SelengkapnyaTragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper
3 Oktober 2016
"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."
Baca SelengkapnyaLibya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS
17 Agustus 2016
"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.
Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya
2 Agustus 2016
Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).
Baca Selengkapnya