Pemberontak Tak Percaya Anak Qadhafi Tewas  

Reporter

Editor

Minggu, 1 Mei 2011 14:02 WIB

TEMPO Interaktif, Tripoli - Sejumlah kalangan meragukan kabar kematian putra Momaar Qadhafi, Saif al-Arab. Menurut Dewan Transisi Nasional Libya, Qadhafi sengaja mencari simpati dengan menyampaikan kematian anaknya.

Demikian pula para pemberontak. Mereka juga tak percaya berita kematian Saif al-Arab.

Juru bicara pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, menyampaikan Saif al-Arab, 29 tahun, tewas dalam serangan NATO pada Sabtu malam. Laman CNN, Minggu, 1 Mei 2011, melaporkan Qadhafi dan istrinya yang sedang berada di lokasi yang sama dilaporkan selamat.

Untuk menyakinkan kabar itu, Ibrahim mengajak wartawan ke lokasi sisa-sisa penyerangan di sebuah rumah di Tripoli. Ibrahim mengatakan rumah itu diserang dengan tiga misilis. Rumah itu hancur, tetapi tidak jelas bagaimana ada orang yang selamat dari lokasi itu, sedangkan Qadhafi dikatakan ada di tempat itu dan selamat bersama istrinya.

Klaim bahwa anak Qadhafi tewas akibat serangan bukanlah pertama kalinya. Pada 1986, Qadhafi pernah menyatakan diserang oleh Ronald Reagan, Presiden Amerika Serikat saat itu. Saat itu, ia mengklaim anak perempuan angkatnya, Hanna Qadhafi, tewas dalam serangan. Namun, belakangan diketahui kematian Hanna tidak ada hubungannya dengan serangan tersebut.

Saat itu, pemerintah Libya juga menyiarkan video yang memperlihatkan dua anak laki-laki Qadhafi, yakni Saif al-Arab, saat itu berusia tiga tahun, dan kakaknya Khamis juga ikut terluka parah. Dalam video itu, wajah keduanya ditutupi perban sehingga tidak terlihat raut mukanya.

CNN | AL-JAZEERA | AQIDA

Berita terkait

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.

Baca Selengkapnya

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.

Baca Selengkapnya

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.

Baca Selengkapnya

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.

Baca Selengkapnya

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.

Baca Selengkapnya

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.

Baca Selengkapnya

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."

Baca Selengkapnya

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).

Baca Selengkapnya