Oposisi Pakistan Dukung Gilani  

Reporter

Editor

Rabu, 5 Januari 2011 05:53 WIB

Yusuf Raza Gilani. AP
TEMPO Interaktif, Islamabad - Pemerintahan Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani, 58 tahun, kemarin dipastikan selamat dari ancaman pemakzulan yang dilancarkan mitra koalisi Gerakan Muttahida Qaumi (MQM). Pemerintahan Pakistan yang bersekutu dengan Amerika Serikat itu lolos dari jeratan mosi tak percaya parlemen setelah partai oposisi utama menyatakan menolak ikut serta.

"Voting akan menghancurkan negeri ini," kata Ketua Liga Muslim Pakistan (PML-N) Raja Zafar ul-Haq. "Kami tak ingin stabilitas negeri ini terancam." Sebelumnya, bekas Perdana Menteri Nawaz Sharif, yang juga Ketua Umum Liga Muslim, partai oposisi utama di negeri nuklir itu, menyatakan partainya tak akan mengajukam mosi tidak percaya terhadap Gilani.

"Melakukan hal itu sama saja memperburuk stabilitas negeri ini," ujar Sharif. Kisruh politik ini berawal dari loncatnya Gerakan Muttahida Qaumi (MQM) ke kubu oposisi di parlemen. Alhasil, partai pemerintah, Partai Rakyat Pakistan (PPP) tak lagi menjadi mayoritas di parlemen. Alasannya mereka menentang kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak.

"Secara umum performa pemerintahan Partai Rakyat Pakistan amat buruk," ujar Ketua Umum Gerakan Muttahida Altaf Hussain, yang memimpin partainya dari Inggris sejak 1992. Keluarnya partai terbesar keempat di Pakistan dengan basis massa di Karachi itu menyisakan pemerintah 158 kursi dari total 342 kursi di parlemen.

"Partai ini memang pragmatis dan amat oportunis," ujar pemerhati politik Rasul Bakhsh Rais seperti dikutip CS Monitor. "Mereka akan membuat kesepakatan dengan partai manapun asalkan tetap bisa berkuasa di Karachi." Beruntung, partai oposisi kedua terbesar Partai Liga Muslim (PML-Q) pimpinan Chaudhry Shujaat Hussain juga tak mendukung mosi di parlemen.

Perdana Menteri Gilani, yang juga Wakil Ketua Umum Partai Rakyat Pakistan, memakai peluang itu untuk bergerak menemui kelompok koalisi dan oposisi. Gilani, Sharif, dan Hussain mahfum tekanan terhadap pemerintahannya bakal membuat kelompok-kelompok milisi kian genjar melancarkan serangan berdarah ke negeri itu.

Itu sebabnya Amerika Serikat, meski menolak berkomentar soal kisruh politik dalam negeri Pakistan, menghimbau agar konflik politik itu tak membuat redup kampanye anti-milisi bersenjata. "Kami akan tetap menjalin kerjasama dengan pemerintah Pakistan," ujar Jurubicara Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat P.J. Crowley.

AP | REUTERS | CSMONITOR | ANDREE PRIYANTO

Berita terkait

Taliban Luncurkan Majalah untuk Rekrut Wanita di Pakistan  

8 Agustus 2017

Taliban Luncurkan Majalah untuk Rekrut Wanita di Pakistan  

Taliban di Pakistan meluncurkan majalah propaganda untuk merekrut wanita bergabung dengannya.

Baca Selengkapnya

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, Mundur dari Jabatannya

29 Juli 2017

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, Mundur dari Jabatannya

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengundurkan diri dari jabatannya pada, Sabtu, 29 Juli 2017.

Baca Selengkapnya

Fontgate, Skandal Dokumen Palsu yang Seret Putri PM Pakistan

13 Juli 2017

Fontgate, Skandal Dokumen Palsu yang Seret Putri PM Pakistan

Diduga membuat dokumen palsu untuk menutupi keterlibatan dalam Panama Papers, Maryam Nawaz, putri Perdana Menteri Pakistan dirisak di Twitter

Baca Selengkapnya

Truk Pengangkut BBM Meledak, Korban Tewas Jadi 153 Orang

26 Juni 2017

Truk Pengangkut BBM Meledak, Korban Tewas Jadi 153 Orang

Korban tewas akibat ledakan truk pengangkut BBM di jalan raya Pakistan bertambah menjadi 153 orang, termasuk wanita dan anak-anak.

Baca Selengkapnya

Bom Mirip Mainan Meledak, 6 Anak Pakistan Tewas  

26 Juni 2017

Bom Mirip Mainan Meledak, 6 Anak Pakistan Tewas  

Sebuah bom yang menyerupai mainan meledak di barat laut Pakistan. Akibatnya, enam anak tewas.

Baca Selengkapnya

Truk Pengangkut BBM Meledak, 123 Orang Tewas di Pakistan

25 Juni 2017

Truk Pengangkut BBM Meledak, 123 Orang Tewas di Pakistan

Sekitar 123 orang tewas dalam sebuah ledakan truk pengangkut bahan bakar di jalan raya di Pakistan.

Baca Selengkapnya

Lukai Bocah, Anjing di Pakistan Dihukum Mati  

19 Mei 2017

Lukai Bocah, Anjing di Pakistan Dihukum Mati  

Seekor anjing di Pakistan dihukum mati setelah dinyatakan bersalah menggigit seorang anak.

Baca Selengkapnya

Diketahui Lewat Surat, Putra Osama Bin Laden Siap Pimpin al-Qaeda

13 Mei 2017

Diketahui Lewat Surat, Putra Osama Bin Laden Siap Pimpin al-Qaeda

Ibu Hamza meminta putranya mengikuti jejak ayahnya.

Baca Selengkapnya

India Larang Saluran TV Zakir Naik karena Dianggap Ilegal

8 Mei 2017

India Larang Saluran TV Zakir Naik karena Dianggap Ilegal

Salah satu yang diblokir oleh pemerintah India adalah saluran televisi milik pendakwah Islam kontroversial kelahiran India, Zakir Naik.

Baca Selengkapnya

Pakistan Hukum Gantung Empat Milisi Taliban

3 Mei 2017

Pakistan Hukum Gantung Empat Milisi Taliban

Keempat milisi Taliban diadili di pengadilan militer Pakistan karena terlibat terorisme.

Baca Selengkapnya