Burma di Ambang Perpecahan

Reporter

Editor

Rabu, 22 Desember 2010 07:13 WIB

Pemimpin pro-demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi mencoba berjalan keluar dari kerumunan massa pendukungnya di di Yangon, Myanmar. [REUTERS/Soe Zeya Tun]
TEMPO Interaktif, Jakarta - Konflik bersenjata antara kelompok-kelompok etnis dan tentara pemerintah junta militer Burma terus berlanjut. Ketegangan antara pemerintah dan kelompok-kelompok etnis tersebut sudah terjadi sejak awal kemerdekaan Burma.

Kelompok-kelompok etnis ini menuntut pemerintah junta militer memenuhi Kesepakatan Panglong, yang ditandatangani pada 12 Februari 1947. Kesepakatan ini ditandatangani Jenderal Aung San, peletak dasar demokrasi di Burma, dan seluruh wakil masing-masing kelompok etnis.

Dalam kesepakatan itu, kelompok-kelompok etnis ini sepakat mendirikan negara federal. Kesepakatan ini juga menuntut negara mengakui keberagaman etnis dan agama serta kesamaan derajat dalam segala hal untuk semua kelompok etnis di Burma.

Belum sempat Kesepakatan Panglong dilaksanakan, Jenderal Aung San dibunuh. U Nu, yang mengambil alih kekuasaan pada 1948, tak melaksanakan Kesepakatan Panglong. Kekuasaan silih berganti tanpa ada penyelesaian.

Awal Desember lalu, junta militer, yang sekarang berkuasa, resmi menyatakan tidak mengakui Kesepakatan Panglong. Pemerintah junta menolak berdialog dan meminta kelompok sipil bersenjata yang ada di kelompok-kelompok etnis melakukan gencatan senjata dan menyerahkan diri.

Seorang mantan perwira menengah angkatan bersenjata Burma menuturkan, akar persoalan perang sipil berkepanjangan adalah perlakuan diskriminatif terhadap kelompok-kelompok etnis dan agama minoritas, merebaknya korupsi, serta perampasan sumber daya alam.

"Saya memilih berhenti dan keluar dari kesatuan saya karena delapan tahun lebih karier saya mandek tanpa tahu sebabnya apa. Tidak ada penilaian karier. Saya sadar penyebabnya adalah saya dari etnis Katchin dan penganut Kristen," ujarnya kepada Tempo di Rangoon pada awal Desember lalu.

Enam kelompok etnis bersenjata yang selama ini aktif menuntut penghapusan diskriminasi dan pembentukan negara federal adalah Mon, Katchin (Karen), Chin, Swan, Rakhaing, dan Kayin.

Menurut aktivis tersebut, harapan ada pada Aung San Suu Kyi, pemimpin National League for Democracy (NLD), untuk mengakhiri perang sipil tersebut.
Suu Kyi saat diwawancarai Tempo di ruang kerjanya, Selasa pekan lalu, menjelaskan, NLD berusaha menyodorkan kesepakatan baru yang disebut Kesepakatan Panglong II. Kesepakatan ini dideklarasikan di Kaley di perbatasan Rakhaying dan Chin pada 24 Oktober 2010.

Inti kesepakatan itu adalah proses dialog antara pemerintah dan kelompok etnis yang difasilitas NLD dan lembaga internasional untuk menemukan solusi.
Seorang teman kemarin mengabarkan berubahnya sikap pemerintah junta dengan bersedia bertemu dengan kelompok etnis Katchin dan NLD. Kabarnya, Suu Kyi akan hadir dalam pertemuan yang dilangsungkan akhir Desember mendatang itu. Sebuah langkah maju.

MARIA HASUGIAN

Berita terkait

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi

Baca Selengkapnya

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.

Baca Selengkapnya

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.

Baca Selengkapnya

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.

Baca Selengkapnya

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.

Baca Selengkapnya

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.

Baca Selengkapnya