Hati-hati Menyebut Nama Suu Kyi di Burma

Reporter

Editor

Selasa, 21 Desember 2010 06:12 WIB

Aung San Suu Kyi. AP
TEMPO Interaktif, Jangan coba-coba menyebut nama Aung San Suu Kyi di tempat-tempat umum di Burma. Mata-mata nyalang akan segera mengawasi. Jika tak hati-hati, apalagi mengobral nama itu dalam percakapan, bisa-bisa keselamatan Anda, yang tak tahu bahwa ada banyak aturan tak tertulis di negeri junta militer itu, akan terancam.

Memasuki Rangoon--junta menyebut kota terbesar di Burma ini dengan Yangon--misalnya, selintas kota ini tenang dan aman. Penduduknya ramah dan kebanyakan masih taat dengan tradisi. Kota seluas sepertiga Jakarta ini mengingatkan pada situasi Indonesia pada 1970-1980-an. Mobil-mobil keluaran 1940-an hingga produk anyar melintas di jalan-jalan utama. Orang-orang lalu lalang, baik pria maupun perempuan, mengenakan sarung atau longji, bahasa Burma. Begitu eksotik.

Namun ternyata ada banyak aturan tak tertulis yang kalau tak ditaati bakal membawa masalah, cepat atau lambat. Salah satunya, ya, itu tadi, "tabunya" menyebut nama pemimpin gerakan damai untuk demokrasi di Burma dan pendiri Partai National League for Democracy (NLD) itu.

Ketika mengungkapkan rencana untuk mewawancarai Suu Kyi, seorang pengurus NLD meminta Tempo menggunakan kode "The Lady" untuk menyebut Suu Kyi. "Untuk keamanan dan keselamatan Anda, katakan saja The Lady," ujarnya melalui telepon pada malam kedua dari 11 hari kunjungan Tempo di Burma. Kata "The Lady" ini sudah menjadi kode rahasia untuk menyapa Suu Kyi bagi orang asing.

Seorang teman lain menyarankan memakai sapaan terhormat dalam bahasa Burma, yakni "Sayama" (diucapkan "Siama"). Tempo memang menyapa Suu Kyi dengan "Sayama" saat wawancara khusus pada Selasa pekan lalu di ruang kerjanya di kantor NLD. Suu Kyi begitu antusias ketika Tempo menggunakan sapaan tak biasa itu. "Dari mana kamu belajar bahasa Burma?" ujarnya tersenyum ingin tahu.

Sebagian besar pendatang menghadapi kendala bahasa ketika berkunjung ke kota berpenduduk 6 juta ini. Hampir semua informasi publik menggunakan bahasa Burma. Sedangkan mayoritas warga Burma tak punya kemampuan berbahasa Inggris.

Kebiasaan membaca koran dan menonton televisi di lobi hotel pun ternyata menimbulkan kecurigaan pemilik hotel. Koran The New Light of Myanmar, yang biasa dibaca Tempo pada hari-hari awal, tak pernah lagi disediakan di rak pada hari berikutnya. Di toko buku dan supermarket, koran itu ternyata tak dijual bebas.

Di The New Light of Myanmar, junta militer menyampaikan rasa kebenciannya kepada empat radio asing. VOA dan BBC disebutkan telah menaburkan kebencian di antara warga Burma. Radio asing RFA dan DVB juga dituduh menghasilkan kebiadaban publik.

"Jangan izinkan diri kita diguncang oleh radio pembunuh yang didesain untuk membuat berbagai masalah," begitu poin terakhir pemberitahuan itu dibuat dalam bahasa Inggris.

Beralih ke warung Internet, lagi-lagi hal tak biasa terjadi. Pemilik warung Internet melarang pengunjung mengakses situs-situs politik dan media oposan junta. Masuk ke situs irrawady.com, misalnya, yang muncul adalah situs iklan pembuatan website.

Akses Internet pun lelet sekali. Butuh waktu berjam-jam untuk bisa melakukan browsing. Tak jelas kapan akses Internet membaik. Alhasil, uang pun habis tanpa sempat menikmati informasi.

Di Rangoon segalanya harus dilakukan dengan hati-hati. Saat hendak memotret acara ritual Buddha, yang dihadiri Suu Kyi pada Rabu dua pekan lalu misalnya, dua pria yang entah datang dari mana seketika menghampiri. Mereka saling mengedipkan mata dan langsung memberondongkan pertanyaan.

Di kota ini, segalanya mesti dilakukan dengan berbisik--mengingatkan pada sebuah negeri dengan "banyak mata" yang ditulis George Orwell, 1984.


MARIA HASUGIAN

Berita terkait

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi

Baca Selengkapnya

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.

Baca Selengkapnya

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.

Baca Selengkapnya

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.

Baca Selengkapnya

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.

Baca Selengkapnya

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.

Baca Selengkapnya