"Republik Cina menyambut baik Hadiah Nobel untuk Liu Xiaobo dan meminta Cina membebaskannya," kata Ma.
Liu penggiat demokrasi yang ditahan akhir tahun lalu dan dijatuhi hukuman penjara selama 11 tahun atas tuduhan subversi, sedianya hadir dalam acara pemberian hadiah di ibu kota Norwegia, Oslo. Namun kursi untuknya terpaksa kosong karena perwakilan dari keluarga dan istrinya juga tak diizinkan datang oleh pemerintah Cina.
Cina dan Taiwan kini menjadi negara terpisah sejak pasukan Nasionalis terdesak ke kepulauan pada akhir perang sipil dengan Komunis pada 1949. Setelah beberapa dekade, hubungan kedua negara mulai membaik menyusul terpilihnya Ma sebagai presiden pada 2008 dan terbentuknya kerjasama kedua negara di bidang ekonomi dan perdagangan.
Namun, belum ada tanda-tanda dilanjutkan ke hubungan politik. Ma, hingga saat ini, secara konsisten meminta Cina terus meningkatkan masalah hak asasi manusia menuju negara demokrasi, sebagaimana yang dilakukan oleh negara kepulauan itu.
Sementara itu, partai oposisi Taiwan, Partai Progresif Demokratik, mengecam Cina karena tidak mengizinkan Liu menghadiri acara pemberian Hadiah Nobel Perdamaian, Jumat (10/12). Juru bicara Lin You-cang mengatakan, reaksi Cina atas Noberl Perdamaian "patut disesalkan."
"Hadiah tersebut merupakan penghargaan luar biasa bagi Liu Xiaobo dan reformis demokrasi Cina. Penahanan dan tidak mengizinkannya menghadiri acara tersebut hanya akan meningkatkan perhatian komunitas internasional atas masalah hak asasi manusia di Cina," kata Lin.
"Kami, sekali lagi, meminta Cina merespon permintaan dunia dan membebaskan Liu serta mengakhiri pembatasan terhadap istrinya."
REUTERS | CHOIRUL