Julian Assange, Sang Pembocor

Reporter

Editor

Rabu, 1 Desember 2010 14:50 WIB

Founder WikiLeaks, Julian Assange. AP/APTN
TEMPO Interaktif, Julian Assange dan situs "whistleblowers" Wikileaks jadi topik hangat. Setelah membocorkan dokumen perang Afghanistan, pada Senin lalu dia kembali membocorkan sebanyak 251.187 dokumen yang berasal dari kawat diplomatik Kedutaan Amerika Serikat.

Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder langsung bereaksi. Dia mengatakan pemerintah Amerika sedang aktif dalam penyelidikan kriminal terkait WikiLeaks. Dua minggu lalu, pemerintah Swedia mengeluarkan "red notice" bagi Julian Assange kepada seluruh interpol.

Assange, pendiri situs pembocor dokumen negara, Wikileaks, kini menjadi buronan nomor satu dunia. Julian dituduh melakukan perkosaan, pelecehan seksual di Swedia. Tuduhan yang dibantah oleh Assange.

Meski dimusuhi banyak orang, Assange tak gentar. Dalam sebuah wawancara dengan Forbes pada 11 November lalu di London dia mengatakan tidak akan berhenti mengeluarkan dokumen rahasia. "Target berikutnya adalah bank-bank besar Amerika," kata Assange.

Julian Paul Assange adalah seorang wartawan Australia dan aktivis internet. Dia juga seorang hacker, ahli matematika dan programmer komputer. Assange mendirikan Wikileaks pada 2006. Dia mendirikan situs itu untuk menjadi "whistleblower" yang memerangi korupsi dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah atau perusahaan.

Wikileaks digambarkan sebagai wikipedia ranpa sensor yang membocorkan dokumen serta analisis. Wikileaks menjadi media untuk mengungkap informasi rahasia ke publik.

Oktober lalu, Wikileaks mempublikasikan 400 ribu dokumen, antara lain berisi laporan penyiksaan dan pemerkosaan oleh tentara Amerika di Irak. Enam bulan sebelumnya, situs itu juga mempublikasikan 90 ribu dokumen yang sama yang berkaitan dengan perang di Afganistan.

Assange, 39 tahun, lahir dan besar di Australia. Orang tuanya bertemu saat mereka sedang demontrasi menentang perang Vietnam. Ketika kecil, Assange pindah-pindah sekolah sampai 37 kali, dia kerap pindah kota karena orang tuanya menjalankan bisnis teater keliling.

Julian meninggalkan rumah pada usia 17 tahun, dia sempat kuliah di jurusan matematika dan fisika. Namun internet menjadi "cinta sejatinya", di akhir masa remajanya dia mulai belajar membajak email.

Akibat "hobinya" ini, pada 1992, Assange berurusan dengan hukum. Assange dinyatakan bersalah atas 24 tuduhan peretasan dia pun diwajibkan membayar denda US$ 2100.

Bagi orang-orang yang pernah bekerja dengannya, Assange dikenal sebagai orang yang sangat cerdas, bersemangat dan mampu memecahkan kode-kode komputer yang rumit. Menurut reporter majalah New Yorker, Raffi Khatchadourian yang sempat plesir bareng, Assange bisa bekerja sampai lupa makan dan kurang tidur.

Assange pernah diganjar beberapa penghargaan di antaranya pada 2009 Amnesty International Media Award, majalah Inggris New Statesman juga menempatkannya sebagai 50 orang paling berpengaruh pada 2010.

Assange yang terkenal dengan rambut peraknya hidup nomaden. Dia hidup tanpa memiliki alamat rumah dan jarang tampil ke publik. Assange kadang muncul di Swedia atau Islandia, negara yang melindungi kebebasan berinternet.

"Ketika pemerintah berhenti membunuh dan menyiksa, perusahaan tidak lagi merusak sistem hukum, itulah saatnya mempertanyakan data kami," kata Assange.

TELEGRAPH | BBC | NEW YORKER | POERNOMO GR

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya