TEMPO Interaktif, Sydney-Maskapai Australia, Qantas masih melarang terbang pesawat berbadan lebar Airbus A380 miliknya. "Kami menemukan masalah hingga perlu melakukan penyelidikan lebih dalam," kata CEO Qantas, Alan Joyce pada Senin (8/11).
Larangan ini memperpanjang dikandangkannya enam A380 setelah pada pekan lalu satu pesawatnya mendarat darurat di Changi, Singapura akibat terbakarnya satu mesin di sayap kiri.
Menurut Joyce, setelah dilakukan pengecekan pada mesin ada oli yang tidak pada tempatnya. "Anomali" ini ditemukan pada tiga mesin buatan Rolls-Royce yang berada di sayap pesawat A380. Sehingga perlu penyelidikan lagi yang lebih komprehensif.
"Kami harap investigasi ini tidak membutuhkan waktu lama, sehingga dalam beberapa hari ke depan, kami bisa menerbangkan A380 kembali," kata Joyce. Yang pasti, lanjut Joyce, Qantas mengutamakan keselamatan penumpangnya, sehingga seluruh proses investigasi dan pengecekan ini tidak akan diburu oleh waktu.
Pada Kamis pekan lalu, pesawat Qantas A380 yang membawa 440 penumpang dan 26 awak mendarat darurat di Changi, Singapura. Pesawat dengan rute London-Singapura-Sydney itu mengalami kebakaran pada satu mesin di sayap kiri. Selubung mesin tersebut jatuh di Batam.
Pada keesokan harinya, Joyce mengatakan ada masalah pada mesin bukan pada kurangnya perawatan yang dilakukan Qatas. Adapun Rolls-Royce, yang membuat mesin tersebut mengatakan terus bekerjasama dengan Qantas untuk menyelidiki dan mencari tahu sebab dari terbakarnya mesin tersebut.
CNN | HERALDSUN | POERNOMO GR
