TEMPO Interaktif, Tokyo -Para menteri kabinet Jepang hari ini menjauhi sebuah kuil kontroversial di Tokyo, seiring Jepang dan Cina berjuang untuk menenangkan hubungan yang tegang terlepas dari protes-protes di dua negeri top ekonomi atas sengketa teritorial. Sekitar 70 anggota parlemen, termasuk seorang anggota junior pemerintah dari sebuah partai koalisi kecil, datang ke Kuil Yasukuni di Tokyo menghadiri sebuah fesival musim gugur tahunan, tapi Perdana Menteri Naoto Kan dan para anggota senior menteri kabinet memilih pergi. Yasukuni, makam di mana 14 pemimpin Jepang dihukum sebagai penjahat perang oleh pengadilan Sekutu setelah Perang Dunia II dihormati bersama dengan korban perang bangsa, terlihat oleh Beijing sebagai simbol militerisme Jepang. Tanda-tanda terbaru membaiknya hubungan dibayangi awan kelabu pada Sabtu pekan lalu ketika ribuan demonstran berpawai di Cina maupun Jepang, menyalurkan kemarahan dan menggarisbawahi kerapuhan hubungan jangka panjang yang ternoda atas memori bangsa Cina atas agresi Jepang dan rakyat Jepang dihantui menanjaknya ekonomi dan anggaran militer Cina.
"Sungguh disesalkan bahwa protes anti Jepang yang melibatkan beberapa aktivitas destruktif telah terjadi (di Cina)," kata Menteri Luar Negeri Jepang, Seiji Maehara dalam sebuah konferensi pers, merujuk kepada demonstrasi di Cina akhir pekan tersebut. Namun ditambahkannya, "Saya tak melihat bahwa protes-protes saat ini di Cina akan menjadi hambatan bagi tujuan kita memiliki para menteri luar negeri dan pertemuan tingkat tinggi antara Jepang dan Cina di Hanoi."