Perempuan Mauritania Melawan Tradisi Gemuk

Reporter

Editor

Minggu, 17 Oktober 2010 14:29 WIB

REUTERS/Finbarr O'Reilly
TEMPO Interaktif, Nouakchott -Di Mauritania perempuan cantik adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Selain cantik, perempuan bertubuh gendut di negara Afrika itu juga menggambarkan kemakmuran, secara sosial mereka juga lebih diterima ketimbang perempuan langsing.

Bila perempuan memiliki tubuh terlalu kurus, maka keluarganya akan memaksa mereka untuk makan, tradisi ini dikenal dengan nama Leblouh.Perempuan muda Mauritania kini berusaha menentang tradisi itu.

Salah satu perempuan yang menentang tradisi itu adalah Mariam Mint Ahmed, 25 tahun. "Sebagai generasi muda sudah saatnya kita mengakhiri tradisi yang membahayakan kehidupan kita," kata Mint Ahmed yang menikah dengan seorang pedagan dan tinggal di ibu kota Mauritania, Nouakchott.

Menurut dia banyak gadis di Mauritanis dipaksa untuk makan supaya gemuk dan bisa menikah. "Banyak dari mereka yang sakit, mereka menderita darah tinggi dan penyakit jantung," ujar Mint Ahmed.

Sambil meneteskan air mata, Mint Ahmed merasakan betapa menderitanya perempuan muda Mauritania yang dipaksa untuk makan dalam jumlah besar. "Mereka juga dipaksa meminum bergelas-gelas susu kambing atau sapi," ujarnya.

Mint Ahmed yang memiliki satu putra, tumbuh dewasa di kota Kiffa. Dia menceritakan bila para perempuan yang dipaksa gemuk ini tidak menghabiskan makanannya maka akan dihukum. Salah satu metode hukumannya, mengikat kaki sang gadis dengan tongkat. Bila tidak makan tongkat itu akan dialiri listrik.

Advertising
Advertising

Sedangkan Salekeha Mint Sidi mengaku mulai dipaksa untuk menggemukkan badan oleh ibunya ketika umur 13 tahun. "Dia terus menyuruhku makan daging kambing, bila aku bilang perutku akan meledak dia akan memukulku," ujarnya.

Mint Sidi menikah tahun lalu, dia memiliki seorang anak perempuan. Namun dia berjanji tidak akan melakukan hal serupa kepada anaknya apapun yang alasannya.

Para perempuan ini bukanlah kelompok yang ingin melarang leblouh, tapi mereka ingin membuka mata masyarakat Muritania bahwa tradisi tersebut sangat berisiko. Namun tidak dipungkiri Leblouh masih banyak diterapkan terutama di daerah pedesaan.

"Secara personal, saya percaya menggemukan anak perempuan lebih dari kebutuhan. Tubuh langsing membuat malu keluarga dan suku. Mereka juga sulit menarik perhatian laki-laki," kata Achetou Mint Taleb. "Saya punya dua anak perempuan dan saya gemukkan mereka sejak 10 tahun, kini mereka telah menikah, saya bangga dengan apa yang saya lakukan," ujarnya.

Mar Jubero Capdefero, kepala program gender PBB di Mauritania mengatakan bila perempuan gemuk maka dia diberi makan oleh keluarganya, mereka tidak miskin. "Ini menjadi standar kecantikan, semakin gemuk maka semakin cantik," katanya.

Menurut Capdefero, saat ini tradisi Leblouh mulai ditinggalkan oleh generasi muda terutama mereka yang tinggal di kota. Tapi dia mengakui masih ada yang mempratekkan tradisi ini dan semakin membahayakan. "Sebelumnya mereka menggunakan susu, sekarang mereka menggemukkan dengan bahan kimi yang biasa dipakai menggemukkan hewan," ujarnya.

CNN I POERNOMO GR





Berita terkait

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

55 hari lalu

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

56 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.

Baca Selengkapnya

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.

Baca Selengkapnya

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Baca Selengkapnya

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.

Baca Selengkapnya

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

16 Juni 2023

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?

Baca Selengkapnya

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

2 Juni 2023

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

KPU dan Komnas perempuan bertemu untuk bicarakan Pemilu 2024 yang ramah perempuan dan inklusif. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya