Ribuan orang berunjukrasa memprotes Partai Demokrat Swedia, yang menentang imigrasi dan telah dituduh rasis dan intoleransi di Stockholm, Swedia (20/9). AP/Scanpix, Anders Wiklund
TEMPO Interaktif, Stockholm - Ribuan orang melancarkan demonstrasi di Ibukot Swedia, Stockholm, Senin lalu (kemarin WIB), menentang terpilihnya 20 kandidat anggota sebuah partai berhaluan kanan-jauh dalam pemilu legislatif yang digelar Ahad lalu. Mereka melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan slogan-slogan mengkritik Partai Demokrat Swedia, yang menentang imigrasi dan telah dituduh rasis dan intoleransi. Raihan 5,7 % suara datang dengan mengorbankan Aliansi Kanan-Tengah dari Perdana Menteri Fredrik Reinfeldt. Dia mengatakan akan mencari dukungan dari Partai Hijau untuk pemerintahan barunya nanti. Partai Hijau saat ini telah beraliansi dengan kubu kiri-tengah Sosial Demokrat. Wakil Ketua Partai Hijau, Maria Wetterstrand, sebelumnya mengatakan blok oposisi -yang memenangi 157 dari 349 kursi di parlemen- telah bersatu. Kerumunan sekitar 6 ribu orang, menurut polisi lokal, ambil bagian dalam demonstrasi besar yang umumnya meneriakkan “Tidak untuk Rasisme!”. Terpisah, demonstrasi yang lebih kecil muncul di Gothenburg. Sore hari, ribuan orang lagi bergabung berdemonstrasi. “Ini sangat penting untuk menunjukkan mayoritas rakyat Swedia menentang ekstrimis sayap-kanan seperti (kubu) Demokrat Swedia,” ujar salah satu pemrotes, Per Branevig. Dilaporkan aksi protes spntan diorganisasi oleh terutama jejaring sosial macam Facebook dan dari mulut ke mulut. Masuknya kalangan Demokrat Swedia yang anti-imigran ke parlemen, menjadi sebuah titik balik baru politik di Swedia, yang secara tradisional adalah salah satu negeri paling terbuka di Eropa untuk para pencari suaka dan pengungsi. Tapi itu juga menjadi sebuah kekhawatiran nyata diantara para pemilih, yang oleh para pengamat menyebut kegagalan komplit partai-partai bersaing dalam pemilu, mengusung integrasi dan benturan budaya. “Pemilu kali ini adalah bencana,” tegas Mohamud Farah, yang telah menganggap Swedia sebagai rumahnya lebih dari dua dekade setelah pergi menghindari perang di Somalia. “Sungguh mencemaskan.” Dia membagi-bagi pamflet yang bertuliskan “Berikan Swedia Kmebali Kepada Kami”. Partai Demokrat Swedia sendiri menyatakan mereka tidak rasis, tapi pesan mereka adalah bahwa imigrasi butuh beberapa pembatasan dan bahwa imigran semestinya menjalani asimilasi ketimbang integrasi. “Sulit dijelaskan bagaimana orang-orang dapat memilih partai seperti itu,” kata Mohammed Hersi, yang bersembahyang di Pusat Kebudayaan Islam di sebuah pinggiran utara Stockholm. “Tentu saja, saya kecewa. Swedia seperti rumah bagiku. Rasanya itu seperti sinyal bahwa orang-orang tak ingin ada lagi imigran di sini.” Partai Demokrat Swedia, yang berakar pada gerakan-gerakan neo-Nazi tahun 1980an dan 1990an, telah menampilkan citra radikal, memilih untuk terlihat elegan pada kepala yang digundul dan jaket layaknya bomber. Bangkitnya popularitas mereka mencerminkan suatu kenaikan dukungan atas partai-partai serupa di bagian lain benua Eropa. Aliansi Reinfeldt memenangi 49,3 % suara dalam pemilu Ahad lalu, pemerintahan non sayap-kiri pertama yang terpilih kembali hampir selama seabad ini. Tapi dengan 172 kursi, dia cuma meraih mayoritas tipis dari 349 kursi parlemen. Dia bisa tetap berkuasa dengan suatu pemerintahan minoritas. BBC | Reuters | The New York Times | dwi arjanto