Bangkitnya Anti Imigran di Eropa  

Reporter

Editor

Rabu, 22 September 2010 05:45 WIB

Ribuan orang berunjukrasa memprotes Partai Demokrat Swedia, yang menentang imigrasi dan telah dituduh rasis dan intoleransi di Stockholm, Swedia (20/9). AP/Scanpix, Anders Wiklund
TEMPO Interaktif, Stockholm - Ribuan orang melancarkan demonstrasi di Ibukot Swedia, Stockholm, Senin lalu (kemarin WIB), menentang terpilihnya 20 kandidat anggota sebuah partai berhaluan kanan-jauh dalam pemilu legislatif yang digelar Ahad lalu. Mereka melambai-lambaikan bendera dan meneriakkan slogan-slogan mengkritik Partai Demokrat Swedia, yang menentang imigrasi dan telah dituduh rasis dan intoleransi.

Raihan 5,7 % suara datang dengan mengorbankan Aliansi Kanan-Tengah dari Perdana Menteri Fredrik Reinfeldt. Dia mengatakan akan mencari dukungan dari Partai Hijau untuk pemerintahan barunya nanti. Partai Hijau saat ini telah beraliansi dengan kubu kiri-tengah Sosial Demokrat. Wakil Ketua Partai Hijau, Maria Wetterstrand, sebelumnya mengatakan blok oposisi -yang memenangi 157 dari 349 kursi di parlemen- telah bersatu.

Kerumunan sekitar 6 ribu orang, menurut polisi lokal, ambil bagian dalam demonstrasi besar yang umumnya meneriakkan “Tidak untuk Rasisme!”. Terpisah, demonstrasi yang lebih kecil muncul di Gothenburg.

Sore hari, ribuan orang lagi bergabung berdemonstrasi. “Ini sangat penting untuk menunjukkan mayoritas rakyat Swedia menentang ekstrimis sayap-kanan seperti (kubu) Demokrat Swedia,” ujar salah satu pemrotes, Per Branevig. Dilaporkan aksi protes spntan diorganisasi oleh terutama jejaring sosial macam Facebook dan dari mulut ke mulut.

Masuknya kalangan Demokrat Swedia yang anti-imigran ke parlemen, menjadi sebuah titik balik baru politik di Swedia, yang secara tradisional adalah salah satu negeri paling terbuka di Eropa untuk para pencari suaka dan pengungsi. Tapi itu juga menjadi sebuah kekhawatiran nyata diantara para pemilih, yang oleh para pengamat menyebut kegagalan komplit partai-partai bersaing dalam pemilu, mengusung integrasi dan benturan budaya.

“Pemilu kali ini adalah bencana,” tegas Mohamud Farah, yang telah menganggap Swedia sebagai rumahnya lebih dari dua dekade setelah pergi menghindari perang di Somalia. “Sungguh mencemaskan.” Dia membagi-bagi pamflet yang bertuliskan “Berikan Swedia Kmebali Kepada Kami”.

Partai Demokrat Swedia sendiri menyatakan mereka tidak rasis, tapi pesan mereka adalah bahwa imigrasi butuh beberapa pembatasan dan bahwa imigran semestinya menjalani asimilasi ketimbang integrasi.

“Sulit dijelaskan bagaimana orang-orang dapat memilih partai seperti itu,” kata Mohammed Hersi, yang bersembahyang di Pusat Kebudayaan Islam di sebuah pinggiran utara Stockholm. “Tentu saja, saya kecewa. Swedia seperti rumah bagiku. Rasanya itu seperti sinyal bahwa orang-orang tak ingin ada lagi imigran di sini.”

Partai Demokrat Swedia, yang berakar pada gerakan-gerakan neo-Nazi tahun 1980an dan 1990an, telah menampilkan citra radikal, memilih untuk terlihat elegan pada kepala yang digundul dan jaket layaknya bomber. Bangkitnya popularitas mereka mencerminkan suatu kenaikan dukungan atas partai-partai serupa di bagian lain benua Eropa.

Aliansi Reinfeldt memenangi 49,3 % suara dalam pemilu Ahad lalu, pemerintahan non sayap-kiri pertama yang terpilih kembali hampir selama seabad ini. Tapi dengan 172 kursi, dia cuma meraih mayoritas tipis dari 349 kursi parlemen. Dia bisa tetap berkuasa dengan suatu pemerintahan minoritas.

BBC | Reuters | The New York Times | dwi arjanto

Berita terkait

35 Kota Swedia Bersedia Terima Kembali 230 Eks ISIS dan Keluarga

9 April 2019

35 Kota Swedia Bersedia Terima Kembali 230 Eks ISIS dan Keluarga

Swedia akan menerima sekitar 150 eks militan ISIS dan istri mereka, bersama 80 anak-anak setelah ISIS tumbang di Baghouz, Suriah.

Baca Selengkapnya

Hilang pada 1945, Pasangan Ini Ditemukan 75 Tahun Kemudian

19 Juli 2017

Hilang pada 1945, Pasangan Ini Ditemukan 75 Tahun Kemudian

Jenazah pasangan suami istri yang hilang di Pegunungan Alpen sejak 75 tahun lalu, ditemukan terdampar di kawasan gletser di Swiss.

Baca Selengkapnya

Warga Swedia Liburan ke Luar Negeri Dua Kali Setahun

22 Mei 2017

Warga Swedia Liburan ke Luar Negeri Dua Kali Setahun

Indonesia belum banyak dikenal warga Swedia.

Baca Selengkapnya

Tiba di Indonesia Raja Swedia Tenteng Koper Sendiri

21 Mei 2017

Tiba di Indonesia Raja Swedia Tenteng Koper Sendiri

Ke Indonesia menggunakan pesawat komersial, Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia akan ke Bandung naik kereta api dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Raja Swedia Penasaran dengan Keberagaman Budaya Indonesia

21 Mei 2017

Raja Swedia Penasaran dengan Keberagaman Budaya Indonesia

Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia berkunjung ke Indonesia 21-24 Mei 2017.

Baca Selengkapnya

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia  

21 Mei 2017

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia  

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia tempat berkantornya Raja Carl XVI Gustaf yang akan berkunjung ke Indonesia besok.

Baca Selengkapnya

Raja dan Ratu Swedia Kunjungi Pusat Penelitian di Bogor

21 Mei 2017

Raja dan Ratu Swedia Kunjungi Pusat Penelitian di Bogor

Pimpinan monarki Swedia, Raja Carl XV Gustaf dan Ratu Silvia, rencananya akan tiba di Indonesia besok atau Senin, 22 Mei 2017.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini

18 Mei 2017

Berkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini

Bagas Hapsoro mengatakan salah satu kerja sama yang akan dijalin dalam kunjungan Raja Swedia Carl XVI Gustaf terkait bidang riset dan teknologi.

Baca Selengkapnya

Qatar Meresmikan Masjid Terbesar di Skandinavia

5 Mei 2017

Qatar Meresmikan Masjid Terbesar di Skandinavia

Masjid ini sanggup menampung 2.000 jamaah.

Baca Selengkapnya

Swedia Tahan Sopir Truk, Diduga Teroris

8 April 2017

Swedia Tahan Sopir Truk, Diduga Teroris

Pihak berwajib juga menahan pria kedua lantaran memiliki kaitan dengan tersangka.

Baca Selengkapnya