Risiko Maut Kandidat Legislatif Perempuan  

Reporter

Editor

Senin, 20 September 2010 10:18 WIB

Robina Jalali. BBC
TEMPO Interaktif, Paras rupawannya gampang dikenali. Robina Jalali, atlet wanita Afganistan yang pernah bertanding di Olimpiade Beijing 2008, berlaga untuk pemilu parlemen yang digelar pada Sabtu lalu.

Dalam sebuah pasar ramai di Kabul, Jalali berkampanye untuk parlemen. Dengan balutan kerudung sutra dan dandanan tipis, dia berbeda dari wanita di sekelilingnya yang berbusana burka--yang tertutup dari kepala sampai kaki.

Jalali tentu saja wanita Afganistan yang tidak konvensional. Pelari cepat kelas olimpiade itu yakin akan keberhasilannya dalam pemilu akhir pekan lalu. "Jika pemilu ini transparan dan adil, saya yakin kepada orang-orang yang ingin memilih saya untuk duduk (di parlemen). Saya pikir saya bisa mendapatkan (banyak suara), " ucapnya, bungah, Kamis pekan lalu.

"Aku akan memilihnya (Jalali) sebagai anggota legislatif karena dia masih muda dan dapat membantu kaum muda negeri ini, " kata salah seorang warga yang hadir.

Namun langkah Jalali, juga kandidat perempuan yang lain, bak meniti terjal. Di markas kampanyenya di Ibu Kota Kabul, puluhan pekerja, kebanyakan laki-laki muda, tampak sibuk mempersiapkan lagi poster-poster kampanye. Pasalnya, seperti halnya calon perempuan lain, banyak poster Jalali yang telah dirusak dan dibuang.

Beberapa di antara mereka telah menerima ancaman pembunuhan dari Taliban. Sejumlah calon dan pekerja kampanye telah dibunuh. Jalali menuturkan, "Ya, aku terancam. Setiap malam ketika saya pasang poster saya, pada pagi harinya saya tidak menemukannya." Dia blakblakan menyebutkan bahwa beberapa orang pernah menemuinya dan mengatakan ia bakal terbunuh.

"Saya berfokus pada kampanye di pusat kota karena saya tidak bisa melakukan perjalanan ke distrik-distrik, padahal saya ingin pergi ke daerah pedesaan. Tapi itu tidak aman," tutur Jalali serius.

Secara umum, para anggota parlemen perempuan bukan jaminan untuk hak-hak perempuan. Parlemen terdahulu malah mendukung undang-undang yang menetapkan bahwa para wanita Syiah tidak bisa menolak tuntutan seksual suami. Dan terserah kepada suami untuk memutuskan apakah istri dan anak-anak perempuan bisa bersekolah. Sebenarnya eksistensi anggota parlemen perempuan di Afganistan secara luas dilindungi hukum.

Di rumahnya di Kabul, anggota parlemen Hawa Nooristani menunjukkan burka yang dipakainya selama kampanye di distrik wilayah rumahnya. Dia maju lagi dalam pemilu kali ini. Dia menjelaskan, "Hak yang diberikan kepada wanita oleh Islam adalah unik, tapi masyarakat tidak mengakui hak-hak ini. Ada banyak perempuan di dunia yang telah jauh lebih baik dan lebih aktif daripada laki-laki, seperti Indira Gandhi dan masih banyak lagi."

"Sebagai contoh, anak perempuan saya lebih pintar dari putra saya. Tetapi problemnya di Afganistan, laki-laki tidak menerima hak-hak perempuan. Mereka bilang perempuan buta huruf dan bodoh," ucap Nooristani.

Pandangan radikal ini bisa berisiko membahayakan nyawanya. Tak aneh jika Nooristani mengatakan hanya dapat mengekspresikan itu kepada wartawan asing. "Kami harus berhati-hati karena kami ingin membantu perempuan Afganistan dan mencapai tujuan kami. Jujur saja, saya bakal dibunuh dengan cepat dan, bila pergi, saya tak bisa membantu perempuan Afganistan lagi," ucapnya, lirih.

Tapi, apa yang terpikirkan oleh kalangan perempuan tentang pemilu dan banyaknya perempuan Afghanistan yang menjadi kandidat anggota parlemen?

Shafaq Shaima Sadat adalah Direktur Proyek Madina Craft Community di Kabul. Dikelilingi oleh beberapa wanita muda dengan leher berkalung ulir, Kamis pekan lalu, perempuan paruh baya itu memaparkan harapannya soal pemilu.

"Kami ingin anggota parlemen, pria ataukah wanita, yang berpendidikan. Yang mengerti masalah rakyat dan memiliki ide-ide buat memperbaiki negeri ini," ujar Shaima. "Soal gender tidak penting. Tapi, jika perempuan lebih mampu dalam pemerintahan, itu positif. Hak bekerja dan pendidikan perempuan terabaikan di bawah rezim Taliban."

Begitulah, demokrasi muda di Afganistan telah menuju kebebasan yang lebih besar buat para perempuan. Tantangan untuk parlemen berikutnya adalah menjamin kemenangan hak-hak perempuan tidak hilang.

BBC | dwi arjanto

















Berita terkait

Serangan Sadis ISIS di Masjid Syiah Afganistan, 28 OrangTewas

26 Agustus 2017

Serangan Sadis ISIS di Masjid Syiah Afganistan, 28 OrangTewas

Empat orang milisi ISIS melakukan serangan beruntun berupa ledakan bom bunuh diri dan rentetan tembakan di masjid Syiah di Kabul. Sebanyak 28 orang tewas.

Baca Selengkapnya

Ubah Pendirian, Donald Trump Akan Tambah Pasukan ke Afganistan

22 Agustus 2017

Ubah Pendirian, Donald Trump Akan Tambah Pasukan ke Afganistan

Donald Trump memastikan akan menambah jumlah tentara Amerika Serikat ke Afganistan dalam pidato pada Senin malam

Baca Selengkapnya

Rusia Diduga Pasok Senjata ke Taliban di Afganistan, Ini Buktinya

26 Juli 2017

Rusia Diduga Pasok Senjata ke Taliban di Afganistan, Ini Buktinya

Rusia diduga kuat menjadi pemasok senjata canggih bagi gerilyawan Taliban di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Ledakan Bom Bunuh Diri di Afganistan, 13 Orang Tewas

28 Mei 2017

Ledakan Bom Bunuh Diri di Afganistan, 13 Orang Tewas

Semua korban akibat bom bunuh diri di Afganistan dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Baca Selengkapnya

Pemimpin ISIS di Afganistan Tewas Dibunuh Koalisi AS

8 Mei 2017

Pemimpin ISIS di Afganistan Tewas Dibunuh Koalisi AS

Pemimpin ISIS Afganistan Abdul Hasib, tewas dalam sebuah operasi pasukan koalisi AS dan Afganistan

Baca Selengkapnya

ISIS Mengaku Bertanggung Jawab atas Ledakan Hebat di Kabul

3 Mei 2017

ISIS Mengaku Bertanggung Jawab atas Ledakan Hebat di Kabul

Setidaknya delapan warga sipil Afganistan tewas dan 22 korban lainnya luka-luka, termasuk tiga anggota militer Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Ledakan Hebat Menghantam Kabul, Konvoi NATO Jadi Sasaran

3 Mei 2017

Ledakan Hebat Menghantam Kabul, Konvoi NATO Jadi Sasaran

Ledakan hebat menghantam Kabul, ibu kota Afganistan dan menewaskan beberapa

Baca Selengkapnya

Taliban Membunuh 8 Polisi Afganistan  

25 April 2017

Taliban Membunuh 8 Polisi Afganistan  

Serangan Taliban yang menewaskan delapan polisi Afganistan bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis ke Afganistan.

Baca Selengkapnya

Kronologi Teror Taliban Tewaskan 140 Prajurit Afganistan  

23 April 2017

Kronologi Teror Taliban Tewaskan 140 Prajurit Afganistan  

Serangan Taliban ke markas militer Afghanistan mengagetkan para prajurit. Mereka bingung dan sempat dilarang menembak. Berikut kronologis.

Baca Selengkapnya

Taliban Serang Markas Militer Afganistan, 140 Prajurit Tewas  

22 April 2017

Taliban Serang Markas Militer Afganistan, 140 Prajurit Tewas  

Milisi Taliban menyerang markas tentara Afganistan di provinsi Balkh saat sembahyang Jumat, 140 prajurit Afganistan tewas dan 160 orang terluka.

Baca Selengkapnya