TEMPO Interaktif, New York - Komite investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai bekerja menyelidiki insiden Mavi Marmara.
Dalam pernyataan tertulisnya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan penal penyelidikan itu bukan untuk mencari siapa individu yang harus bertanggung jawab dalam kasusu itu. Namun komisi itu bertugas mengidentifikasi fakta, situasi, dan konteks dari peristiwa itu.
Serangan pasukan komando angkatan laut terhadap kapal misi kemanusiaan ke Jalur Gaza, Mavi Marmara, berlangsung akhir Mei lalu. Insiden di atas kapal berbendera Turki itu menewaskan sembilan relawan, delapan dari Turki dan satu warga Amerika Serikat.
Israel membentuk panel investigasi sendiri dengan hasil telah terjadi kesalahan perintah dan tidak adanya perencanaan matang. Negara Zionis itu bersedia bekerja sama dengan komite PBB dengan syarat tidak ada serdadunya yang diinterogasi.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.