TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur - Surat kabar mingguan “Suara Keadilan” yang dimiliki Partai Keadilan Rakyat tetap terbit hingga saat ini. Mereka melawan keputusan pembredelan yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Malaysia baru-baru ini.
Akhir pekan lalu, Suara Keadilan terbit dengan 100.000 eksemplar yang disebar di senatero negara jiran itu. Pemimpin redkasi Suara Keadilan, Dzulkarnain Taib menegaskan sangat menggelikan jika sebuah partai politik tidak memiliki media untuk menyampaikan visi dan misi mereka. “Kami masih dalam era kegelapan di mana aturan soal media sangat memprihatinkan,” katanya.
Hampir seluruh media yang terbit di Malaysia harus memperoleh izin pemerintah. Mereka juga dilarang menyuarakan kritik terhadap program atau pejabat pemerintah. Izin bagi suara keadilan dicabut setelah mereka melansir berita mengenai korupsi.
Hingga kini, Anwar pun masih bersetru dengan Perdana Menteri Najib dalam pelbagi isu, termasuk sodomi dan Zionis.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.