Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc dan sejumlah anggota Parlemen menyambut mereka di lapangan terbang setelah Turki menekan Israel agar membebaskan mereka yang ditahan, hampir semuanya adalah warga Turki.
"Mereka berhadapan dengan manusia barbar dan anarkis tapi kembali dengan kebanggaan," kata Arinc kepada ratusan orang dengan sorak sorai di luar bandara, mereka meneriakkan "Allahhu Akbar!". Ribuan orang juga merayakan kembalinya para aktivis ini ke Istanbul.
Tiga pesawat ambulance membawa para aktivis yang terluka mendarat di Ankara lebih awal. Televisi NTV menyebut para aktivis yang tiba di Istanbul akan diperiksa kesehatannya.
Juru bicara menteri dalam negeri Israel Sabine Haddad mengatakan, tujuh pesawat terbang digunakan untuk mendeportasi 527 aktivis ke Turki dan Yunani. Tujuh aktivis lainnya berada di rumah sakit Israel untuk mendapatkan perawatan akibat luka-luka saat pasukan Israel mendarat di atas kapal, katanya.
Sementara itu tiga aktivis dari Irlandia, Australia, Italia, kata menteri luar negeri Israel, masih ditahan untuk urusan dokumen dan isu lainnya.
Sekitar selusin aktivis perempuan baku hantam dengan petugas keamanan di lapangan terbang tetapi dengan cepat dilerai petugas lainnya, kata pejabat Israel. Pejabat mengatakan, para perempuan ini akan dideportasi.
PBB, Eropa dan masyarakat internasional lainnya mengecam tindakan Israel setelah pasukan komando menyerang enam armada di perairan internasional menyebabkan bentrok berdarah. Sekitar 700 aktivis -termasuk 400 warga Turki- mencoba menerobos blokade laut Israel dan Mesir atas wilayah Jalur Gaza dengan membawa 10 ribu ton bantuan.
Parlemen Turki meminta pemerintah meninjau kembali hubungannya dengan Israel saat mengadakan persiapan penyambutan aktivis Turki yang kembali dari Israel.
Israel menolak klaim bahwa Gaza -berada dalam blokade Israel dan Mesir sejak kelompok militan Islam menguasai daerah tersebut 2007- mengalami masalah krisis kemanusiaan. Israel mengatakan pemerintahnya mengijinkan pengiriman makanan, obat-obatan, dan ke dalam teroteri.
Sebagaimana penolakan Netanyahu terhadap pembukaan blokade, Menteri Kabinet Isaac Herzog mengindikasikan sikap Israel akan menentang PBB dan negara-negara lainnya untuk pembentukan tim investigasi independen.
"Kami adalah bangsa yang Anda katakan tidak dapat mengecek sendiri,' katanya kepada The Associated Press. "Kami mencoba mengambil kontrol sepenuhnya atas krisis manajemen ini dan bergerak maju."
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Amerika Serikat "sedang bekerja mengatasi masalah kemanusiaan" di Gaza, namun dia juga menekankan bahwa pemerintah Obama "memberikan dukungan penuh atas keamanan Israel dan hal itu tidak akan berubah."
Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton juga tidak meminta mengakhiri blokade tetapi dia meminta Israel mengijinkan akses suplai bantuan kemanisaan.
AP | CHOIRUL