Namun, pasangan itu selalu menentang kebijakan negaranya yang menindas Palestina. "Kami menjulukinya Yahudi Taliban," kata Direktur Medical Emergency Rescue Committee Jose Rizal kepada Tempo, Selasa (1/6).
Huwaira lahir di Detroit Michigan, Amerika Serikat, 34 tahun silam, dari ayah Arab Israel dan ibu Palestina. Orang tuanya mengungsi dari Tepi Barat Palestina. Masa kecilnya dihabiskan di AS, namun dia mengunjungi kampung leluhurnya di Palestina saban tahun hingga 1986. Huwaira mengenyam studi Arab dan Yahudi di University of Michigan Ann Arbor dan Hebrew University di Yerusalem.
Sekitar 5 bulan lalu, aktivis pro-Palestina ini menghubungi Mer-C untuk mengirim bantuan ke Gaza lewat Gaza Freedom Flotilla. "Kami sambut dengan antusias," ujar Jose.
Pasalnya, Mer-C memiliki impian membangun rumah sakit di Gaza, yang porak poranda akibat blokade Israel sejak 2007. "Sudah dua kali surati presiden, bertemu Mensesneg, Menlu, untuk bantu diplomasi agar bantuan masuk lewat darat dari Mesir, tapi belum berhasil," kata Jose
Menyambut ajakan Huwaira, Mer-C mengirim lima orang yaitu Nur Fitri Moeslim Taher, Arief Rachman, Abdillah Onim, Nur Ikhwan Abadi, dan reporter TVOne Muhammad Yasin. Tujuannya, "Membangun rumah sakit di Gaza."
Sayang, impian itu hancur akibat intervensi Angkatan Laut Israel terhadap iring-iringan Freedom Flotilla di perairan internasional, 80 mil laut lepas pantai Gaza, Senin dini hari. Sebanyak 16 orang dilaporkan tewas tertembus peluru tentara Israel. "Huwaira juga ikut di sana, kami belum tahu nasibnya," ujar Jose.
REZA M