Ini menjadi lawatan Kim pertama sejak 2006 ke Cina, satu-satunya negeri sekutu utamanya. Boleh jadi dia melakukan pembicaraan soal bantuan ekonomi. Yang pasti, 17 gerbong antipeluru membawa Kim ke kota perbatasan Cina, Dandong, sekitar pukul 05.20 kemarin.
Keamanan diperketat dengan menempatkan polisi mengelilingi stasiun dan memblokade lalu lintas di area itu. Beberapa pengamat menyebutkan, lawatan itu berkaitan dengan rencana Pyongyang mengembangkan pelabuhannya, Rajin.
Aneka rumor seperti ini sudah ada dalam beberapa bulan ini. Spekulasi memuncak pada awal April lalu saat para ahli memprediksi, Kim akan bertemu dengan Presiden Cina Hu Jintao dan kembali ke perundingan enam-pihak soal pertukaran denuklirisasi Korea Utara dengan bantuan ekonomi.
Menurut sejumlah pengamat, Kim menyadari kesulitan bahwa Beijing akan menuntut "pemanis" untuk mengendalikan militer dan kembali ke perundingan pelucutan senjata nuklir internasional yang diselenggarakan oleh Beijing.
Dalam kunjungan terakhir pada 2006, Kim melawat ke pusat-pusat industri Cina dan melihat langsung pesatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Dalian memang telah menarik investasi asing yang besar, sebuah simbol dari pembangunan pesat yang pernah dianjurkan para pemimpin Beijing beberapa tahun silam kepada Kim dan ayahnya, pendiri negeri, Kim Il-sung, untuk menghidupkan ekonomi Utara yang nyaris mati. Tapi Kim ternyata memilih jalan sendiri.
Sebuah agen di Hotel Furama di Dalian menyebutkan kepada Reuters, mereka tak menerima pemesanan kamar kemarin karena "sebuah acara". Jalan tol ke Dalian juga ditutup dan terdapat penjagaan polisi yang ketat di dekat sebuah zona pabrik.
Cuplikan dari televisi NHK, Jepang, memperlihatkan, Kim, mengenakan setelan khaki khasnya, tampak dikelilingi secara ketat oleh agen-agen Cina.
Kunjungan itu menjadi perjalanan pertama Kim ke luar negeri sejak mengalami stroke pada 2008. Para analis juga bertanya-tanya, apakah putra bungsu Kim, Jong-un, bergabung dengannya sehingga Kim bisa memperkenalkannya sebagai ahli waris takhta kepada Beijing.
Lawatan Kim ini dilakukan pada waktu yang lebih berbahaya buat Utara, yang ekonominya tengah sekarat akibat sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai hukuman atas tes bom nuklir tahun lalu.
The Korea Times | Reuters | dwi arjanto