TEMPO Interaktif, New York - Penyelidik menanyai pemilik terdaftar dari mobil SUV yang digunakan sebagai bom mobil dalam serangan teror yang gagal di jantung Times Square. Tetapi orang itu tidak dianggap sebagai tersangka.
Paul Browne, wakil komisaris NYPD untuk informasi publik, hari Senin mengatakan mereka belum mengidentifikasi sopir mobil itu dan masih mencari tersangka. Dia tidak akan memberikan rincian lebih lanjut tentang hasil pemeriksaan penyelidik kepada pemilik mobil.
Nissan Pathfinder berwarna gelap tahun 1993 tidak memiliki nomor identifikasi kendaraan yang terlihat jelas, tapi tertera pada mesin dan sumbu. Pelat nomornya berasal dari mobil yang ditemukan di sebuah bengkel Connecticut.
Para peneliti hari Senin juga mencari seorang pria berusia 40-an yang terekam sedang menaruh kemejanya dekat kendaraan sport di mana bom itu ditemukan.
Rekaman video yang ditayangkan Minggu malam membuat publik, menunjukkan seorang kulit putih tak dikenal dalam usia 40-an nya melewati Shubert Alley dan melepaskan kemejanya. Dalam klip yang sama, dia melihat ke arah asap mobil dan diam-diam menempatkan kemeja pertama ke dalam tas.
Jaksa Agung Eric Holder hari Senin mengatakan bahwa peneliti memiliki beberapa petunjuk yang baik selain rekaman video orang itu. Holder mengatakan dalam pernyataan kepada wartawan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apakah insiden itu berasal dari asing atau domestik atau untuk menetapkan sebagai terorisme.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano mengatakan pada siaran Today NBC hari Senin bahwa tidak ada tersangka atau teori telah dikesampingkan. "Sekarang, setiap petunjuk harus dikejar," katanya.
Para penyidik tidak mengenyampingkan berbagai motif yang mungkin. Taliban Pakistan mengklaim bertanggung jawab atas bom mobil di tiga video yang muncul setelah ketakutan di akhir pekan itu. Pejabat New York mengatakan, polisi tidak memiliki bukti untuk mendukung klaim itu.
AP | EZ
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya