Wawancara Tempo dengan Arisman Pongruengrong, Pemimpin Kaus Merah yang Gagal Ditangkap

Reporter

Editor

Kamis, 22 April 2010 12:28 WIB

Arisman Pongruangrong keluar hotel dengan dibantu oleh kelompok Kaos Merah di Bangkok, Thailand (16/4). AP Photo/Sakchai Lalit

TEMPO Interaktif, Jakarta -Dua kali pernah dicoba ditangkap, Arisman Pongruengrong tetap menolak menyerah. Dialah satu pemimpin Kaus Merah yang mengoleksi enam surat perintah penahanan. Katanya, popularitasnya sebagai artis adalah hasil berdoa di kuil, dan perannya itu karena rakyat. Karena rakyat pula ia memilih terjun ke politik dengan bergabung di Partai Thai Rak Thai.

Di Thai Rak Thai, yang kini diberangus pemerintah, Arisman berkenalan dengan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, bos Thai Rak Thai. Sejak itu Arisman, yang sebelumnya melodramatis (dikenal sebagai penyanyi lagu cinta), lebih serius mendalami politik. "Saat itu saya serius putar haluan sebagai politikus," katanya.

Tak kenal maka tak sayang. Kedekatannya dengan Thaksin membuat Arisman paham akan kebijakan "Thaksinomics". Ia pun tak percaya Thaksin melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan lawan politiknya: korupsi! Lagi, ia lolos dari sergapan polisi di Hotel SC Park setelah diselamatkan pendukungnya. Ia turun dari lantai dua dengan tali, dan melompat.

Anggota Kaus Merah yang jumlahnya ratusan membentengi Arisman dengan menghadang polisi yang mengepung hotel. Kini dia lebih banyak berkeliaran di persimpangan Ratchaprasong, bersama rakyat yang membelanya, ketimbang menginap di hotel. "Lebih baik saya di sini mengantisipasi segala kemungkinan."

Di tenda VIP, puluhan pemimpin Kaus Merah tidur, makan, minum, dan berdiskusi, dengan penjagaan ketat penjaga pribadi (bodyguard) masing-masing, plus para penjaga keamanan berseragam hitam-hitam. Di tenda inilah Arisman berbicara blak-blakan kepada Yophiandi dari Tempo sehari setelah dia diselamatkan. Apa katanya soal Kaus Merah dan Thaksin?

Anda lebih dikenal sebagai penyanyi meski sempat masuk parlemen. Sekarang memimpin Kaus Merah, bagaimana ceritanya?

Bermula pada 2006, ada lima orang yang punya visi bersama, di antaranya Veera Mushikapong, Jatuporn Promphan, dan saya, memutuskan menentang kudeta yang dilakukan terhadap Partai Thai Rak Thai. Sejak itu kami memutuskan menjadi pendukung Kaus Merah dan diminta memimpin.

Alasan bergabung dengan Kaus Merah?

Sewaktu kudeta, saya anggota Partai Thai Rak Thai. Saat itu saya di pihak yang kalah. Saya memutuskan melawan, bergabung dengan gerakan ini. Ini adalah usaha saya mengembalikan lagi demokrasi di Thailand, seperti saat Thaksin berkuasa. Sesuatu kekuatan yang diperoleh tidak dengan kekerasan.

Jadi bukan karena Anda artis terkenal? Kan, Kaus Merah butuh figur seperti Anda?

Mulanya saya cuma seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta. Suatu kali saya datang ke kuil, minta berkat menjadi penyanyi. Jadilah saya penyanyi. Enam tahun saya menyanyi, saya menyadari bahwa negeri ini lebih membutuhkan saya sebagai seorang yang lebih serius. Sejak itu saya menjadi seorang politikus, untuk lebih berguna bagi negeri saya.

Setelah ini, Anda masih ingin menjadi penyanyi?

No way! Dulu saya menyanyikan lagu populer, lagu-lagu cinta. Tapi itu dulu, bukan saya yang sekarang. Citra saya sekarang tidak seperti itu lagi. Sekarang saya petarung, orang yang berteriak untuk keadilan dan kebenaran. Ini serius! Tujuan utama saya. Jadi saya tak mungkin jadi artis lagi dan menghancurkan apa yang sudah saya bangun. Cuma, saya memang ingin membuat konser peringatan suatu hari nanti. Sekali saja.

Anda tetap bisa menjadi petarung dengan tema lagu yang nasionalis dan sosial?

Advertising
Advertising

Itu hal yang berbeda. Sulit sekali mengubah pop menjadi lagu bertema lain. Bila memang bisa, sesekali saya ingin membuat lagu yang lebih bermakna buat kehidupan dan rakyat Thailand. Tapi, setelah kemarin ada yang mati karena perjuangan ini, saya mesti tetap ada di jalur ini, dengan peran yang ini. Lebih baik hidup saya yang dulu dan sekarang tetap dipisah.

Anda tetap ingin menjadi anggota parlemen setelah ini berakhir?

Ya, saya juga sedang memikirkan kesempatan itu. Saya kan pernah menjadi anggota parlemen. Kalau kami menang, tentu pilihan itu lebih terbuka. Malah kalau mungkin jadi menteri, ha-ha-ha.... Perlu saya tegaskan, menjadi anggota parlemen bukan perkara mudah. Tak berarti karena populer lalu Anda dipilih. Ada tanggung jawab saat Anda sudah dipilih.

Seberapa dekat sih hubungan Anda dengan Thaksin?

Saya tahu Thaksin, dari dekat, ketika menjadi anggota partainya. Saya kenal dia sebagai seorang yang bisa mencari jalan keluar seberapa pun peliknya masalah masyarakat. Soal narkoba, sosial, ekonomi. Ini takdir saya setelah kenal dia, untuk menjadi politikus, ketimbang penyanyi. Karena itu, saya tak paham atas segala tuduhan terhadapnya.

Yophiandi (Bangkok)

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya