Jika Kamera Wartawan Dikira Senapan AK-47

Reporter

Editor

Sabtu, 10 April 2010 10:31 WIB

Seorang pria Irak duduk pada puing-puing di desa Kurdi setelah pemboman truk bunuh diri di Wardek, sekitar 35 mil (55 kilometer) tenggara Mosul di Irak Utara, Kamis (10/9). AP Photo
TEMPO Interaktif, Bagdad -Gambar berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Kru heli serbu Amerika Serikat itu tertawa terbahak-bahak dalam sebuah rekaman video yang memperlihatkan serangan terhadap 12 “milisi” yang membawa kamera dan telepon seluler. Debu yang menyembur dari ruas-ruas jalan di Bagdad itu memang membuat gambar-gambar hitam-putih video ini terlihat kasar. Tapi jelas sekali terlihat di situ, heli Apache tersebut menembaki selusinan warga sipil Irak hingga tersungkur ke tanah berdebu itu, dan tewas!

Dua di antara korban tewas itu adalah pewarta foto dan seorang sopir dari kantor berita Reuters. Dalam rekaman yang diambil dari heli itu terdengar kencang suara pilot mengomentari serangan itu. "Oh ya, lihatlah bajingan-bajingan itu mampus," dan, "Ha-ha-ha, saya berhasil membunuh mereka." Dan, setelah mereka melumat sebuah minibus dengan misil, derai tawa kru heli itu kembali terdengar. "Mampus kau perempuan jalang!" kata si pilot. Ketika tahu ada dua bocah perempuan terluka, kru heli kembali bersuara .

"Salah sendiri, siapa suruh mengajak anak-anak ke medan perang," kata suara dari kokpit heli itu. Kedua heli serbu Apache itu dipanggil untuk membantu pasukan darat yang terdesak dalam aksi tembak dan lemparan granat. Kru mengaku melihat enam orang dengan senapan AK-47 dan sebuah roket peluncur granat. Sebelum beraksi, kru heli sempat meminta izin untuk menyerang. Lalu seseorang berteriak memerintahkan untuk menyerang. "Guyur mereka semua!" katanya.

Belakangan diketahui, senapan AK-47 itu ternyata kamera yang dibawa pewarta foto Reuters, Namir Nur-Eldin, 22 tahun. Adapun roket peluncur granat itu ternyata sebuah lensa kamera jarak jauh yang dibawa Said Chmagh, 40 tahun, sopir sekaligus asisten Namir. Tak pernah ada yang tahu peristiwa penembakan pada 12 Juli 2007 tersebut sebelumnya. Rekaman itu baru muncul pada April lalu. "Video itu diunduh dari laman Wikileaks.org," ujar juru bicara militer Amerika Serikat, Major Shawn Turner.

Mayor Turner membenarkan keaslian tayangan itu. Wikileaks memang laman yang khusus mengunggah dokumen-dokumen resmi. Pengelola situs mengaku mendapat kode enkripsi situs militer dari seorang pejabat. "Akhirnya kebenaran itu terungkap," kata Nur-Eldin, ayah Namir, kepada harian New York Times dari rumahnya di Mosul. "Andai peristiwa ini terjadi di Amerika Serikat, sekalipun yang mati itu binatang, kira-kira apa yang akan mereka (pemerintah Amerika Serikat) lakukan?"

Di Bagdad, Serikat Jurnalis Irak mendesak pemerintah agar tindakan sewenang-wenang aparat militer Amerika Serikat itu diusut. Komisi Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York pun mendesak agar pemerintah Amerika Serikat menggelar penyelidikan. Seorang sumber di militer, seperti dikutip CS Monitor, mengatakan jaksa militer akan mengusut kejadian itu. "Kami menyambut baik niat pemerintah untuk menyelidiki kejadian itu," kata Pemimpin Redaksi Reuters David Schlesinger.

CS MONITOR | INDEPENDENT | ANDREE PRIYANTO

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya