Pernyataan itu membuat Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva terkejut. Maklumlah, semenjak Hun Sen menunjuk Thaksin sebagai penasihat ekonomi Kamboja hubungan kedua negara tegang. Apalagi sebelumnya Thailand dan Kamboja terlibat cekcok seputar klaim kepemilikan Kuil Keramat Preah Vihear yang terletak di perbatasan kedua negara itu.
"Saya tak mau memikirkan mengapa ia (Hun Sen) berubah pendirian," kata Perdana Menteri Abhisit yang bertemu dengan Hun Sen dan sejumlah pemimpin negara lainnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi Sungai Mekong yang ikut dihadiri perdana menteri dari Laos dan Vietnam di daerah wilsata Hua Hin di Thailand. "Anggap saja itu pertanda baik terhadap normalisasi hubungan kami," ujar Abhsit, lagi.
Cekcok mulut kedua negara itu memuncak setelah Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromnya menuding Hun Sen seorang gangster. "Saya akan memakai darah Hun Sen untuk mencuci kaki saya," kata Kasit, kala itu. Belakangan Kasit membantah hal itu. "Saya tak ada masalah dengan Perdana Menteri Hun Sen," katanya dalam wawancara khusus kepada Tempo sewaktu melawat ke Jakarta.
Adapun penasihat hukum Thaksin, bekas menteri luar negeri Noppadon Pattama membantah perubahan sikap Hun Sen itu menandakan keretakan hubungan antara Hun Sen dengan kleinnya itu. "Sampai detik ini hubungan Khun Thaksin dengan Perdana Menteri Hun Sen baik-baik saja," kata Noppadon. "Saya kira itu hanya basa-basi diplomatis saja sebab Thaksin lebih berharga ketimbang Abhisit yang masa kekuasaanya akan habis."
| BBC | THENATION | ANDREE PRIYANTO