Detik-detik Perjalanan Rahasia Obama ke Afganistan  

Reporter

Editor

Senin, 29 Maret 2010 22:11 WIB

AP Photo/Charles Dharapak

TEMPO Interaktif, Kabul - Setiap perjalanan dengan presiden Amerika Serikat memerlukan perencanaan yang cermat. Namun kali ini pengecualian, Presiden Amerika Serikat Barack Obama diam-diam menyelinap ke Afganistan, negara yang tercabik-cabik karena delapan tahun tenggelam dalam peperangan dengan kelompok militan.

Barack Obama di bawah kegelapan malam melakukan kunjungan pertamanya ke Kabul pada hari Minggu. Sejak menjabat hampir 15 bulan yang lalu, akhirnya dia menapakkan kakinya di negara, yang menjadi obyek kebijakan luar negeri Paman Sam itu.

Untuk alasan keamanan, perjalanan itu sengaja diselimuti kerahasiaan. Ibaratnya hanya orang dalam saja yang tahu. Dia tiba pada malam hari dan pergi ketika hari masih gelap. Wartawan dilarang memberitahu siapa pun kemana mereka akan pergi pada hari Sabtu malam. Saat itu mereka mengendap-endap menuju hanggar Pangkalan Angkatan Udara Andrews, di mana pesawat kepresidenan diparkir.

Staf dan anggota media menyusul menggunakan bus menuju hanggar tempat Air Force One menunggu. Biasanya pesawat sudah ditempatkan di luar kandangnya untuk menyambut kedatangan presiden. Tapi malam itu adalah sebuah pengecualian. Pesawat tetap berada disamarkan, meluncur dalam kegelapan sekali dan Obama di dalam pesawat untuk menghindari kesiapsiagaan anggota militer dalam keberangkatan ini. Obama kemudian menyelinap ke Andrews.

Setelah meninggalkan Gedung Putih pada hari Jumat sore dengan "penutup" menghabiskan akhir pekan di Camp David, presiden mundur, dia terbang dari sana dengan helikopter ke pangkalan pada Sabtu malam untuk melakukan perjalanan rahasia.

Advertising
Advertising

Padahal, presiden dari Partai Demokrat ini telah diharapkan datang ke Kabul untuk beberapa waktu sejak pelantikannya pada Januari 2009. Para pejabat Gedung Putih mengatakan alasan cuaca dan logistik telah menggagalkan usaha-usaha sebelumnya untuk melakukan perjalanan. Kemudian, lebih dari sepekan yang lalu, Obama juga membatalkan kunjungannya ke Indonesia dan Australia. Alasannya, di Washington dia harus hadir dalam voting Dewan Perwakilan Rakyat, yang akhirnya setuju dengan prioritas kebijakan domestik mengenai reformasi kesehatan.

Rencana akhir tahun, akhirnya terwujud Minggu malam ke Kabul. Obama berkunjung ke negara yang akhir tahun ini akan ada hampir 100.000 pasukan Amerika, yang mayoritas dari mereka akan datang ke Afganistan di bawah pengawasan Obama.

Penerbangan malam memakan waktu lebih dari 12 jam ke Afghanistan berlalu dengan cepat. Kebanyakan orang tidur untuk bagian pertama dari perjalanan. Bayangkan saja, hanya mengenakan kaus dan celana jeans berada di kelas bisnis di dalam salah satu pesawat paling terkenal di dunia, Obama tidur-tidur ayam di kursi yang tersedia.

Staf kemanan nasional Gedung Putih memberi penjelasan kepada wartawan di ruang rapat. Tak tahu apakah untuk keamanan atau tidak, tapi tirai jendela pesawat tetap tertutup sepanjang penerbangan. Sekitar pukul 7:30 malam waktu setempat, Air Force One mendarat di lapangan udara Bagram. Lancar dan tanpa insiden, dalam kegelapan.

Obama keluar dari pesawat, berjabat tangan dengan penyambut tamu yang sudah menunggu. Sejurus kemudian helikopter menerbangkan Obama menuju istana Presiden Hamid Karzai di kota. Ada 14 wartawan yang menyertai presiden dan beberapa staf terbang dengan helikopter militer secara terpisah.

Seorang penembak jitu berdiri di jendela, mengamati daratan yang masih diselimuti kegelapan selama penerbangan. Setelah mendarat, para wartawan menunggu kabar dari Sekretaris Bidang Media Robert Gibbs bahwa mereka bisa mengumumkan kepada dunia bahwa Obama ada di Afganistan.

Para wartawan kembali menerima telepon selular dan BlackBerry mereka kembali di dalam pesawat kepresiden setelah sebelumnya harus menyerahkan alat komunikasi mereka di Andrews. Rahasia telah disimpan. Begitu kata itu keluar, Obama bertemu Karzai di lapangan luar istana dan berdiri di bawah sebuah paviliun untuk upacara penyambutan singkat.

Para pemimpin kemudian masuk ke dalam dan wartawan mulai menghambur mengkutinya ke ruang terbuka dengan pilar-pilar yang rendah, yang di dalamnya ada kolam kelopak bunga mengambang. Bagian depan aula tampaknya disiapkan untuk konferensi pers, dan wartawan lokal, yang tidak diberitahu pada awalnya siapa yang akan datang, dipanggil ke istana untuk aktivitas dadakan ini.

Tapi rupanya presiden tidak ingin berpidato apapun di depan wartawan yang menyesaki ruangan. Staff Gedung Putih menggiring justru wartawan keluar dari aula besar, meninggalkan wartawan Afganistan di belakang, dan berjalan menuju ruangan lain di mana Obama dan Karzai duduk.

Kedua pemimpin kemudian membuat pernyataan singkat di sana. Setelah pertemuan dengan kabinet Karzai, Obama dan rombongan naik helikopter dan kembali ke Bagram. Lampu-lampu kerlap-kerlip bertebaran terlihat di kabul. Obama telah mengatakan kepada Karzai, tingkat penyebaran listrik di kota adalah tanda dari kemajuan.

Di bandara, Obama berpidato, terdengar suaranya kadang-kadang antusias di depan kerumunan pasukan Amerika dan warga sipil. Saat berjalan menuju podium kecil, sambutan sorak-sorai datang dari para tentara, yang sebagian mengangkat kamera kecil atau dari ponsel mereka untuk mengabadikan peristiwa langka tersebut.

Dalam sambutan sekitar 20-menit, Presiden Obama kemudian berjabat tangan dengan pasukan di ruang makan, tampak energik dan nyaman dalam balutan jaket kulit coklat. Tak lama kemudian ia kembali naik Air Force One, yang sudah tak tersamar meski masih berada di balik kegelapan. Rombongan berangkat menuju Inggris untuk mengisi bahan bakar sebelum kembali ke Washington. Presiden telah menghabiskan kira-kira enam jam di negara ini. Wuihh........


REUTERS| NUR HARYANTO


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya