Masyarakat Jepang tetap asyik menikmati lezatnya daging mamalia laut itu. Seperti di Restoran Taru-ichi, di distrik klub malam Shinjuku, Tokyo, Senin pekan lalu, banyak warga Tokyo yang bekerja hingga malam mendatangi restoran tersebut sekadar menikmati kelezatan daging paus. Entah paus yang diolah menjadi sashimi, digoreng, atau yang hanya direbus.
Restoran ini pun dengan mudah diketahui menyediakan menu paus. Sebab, sebuah poster bertulisan "Paus Dunia" terpampang jelas di dekat pintu restoran.
Manager restoran, Shintaro Sato, mengatakan Taru-ichi telah didirikan 40 tahun lalu oleh ayahnya, dan kini dialah yang mengelolanya. Malam hari saat BBC mengunjunginya, dia merekomendasikan menu sashimi paus, paus goreng, atau paus rebus.
Selain tiga jenis menu di atas, Taru-ichi punya menu andalan, yakni penis paus yang direbus dengan jahe. Tapi, menurut Sato, rasanya sedikit aneh.
Sekelompok orang berduit lainnya terlihat memasuki restoran. Mereka memesan sepiring sashimi paus lengkap dengan segelas sake.
Salah satu pemesan, Mitoshi Noguchi, mengatakan tidak terlalu memikirkan paus. Pendapat ini juga mungkin sama dengan orang Jepang lainnya. Namun hal ini bisa dipahami karena, selama konflik antara pemburu dan aktivis pelindung paus, yang menjadi perhatian dunia, media di Jepang, baik televisi maupun cetak, tak terlalu mempublikasikan kasus itu.
Noguchi bahkan mengaku kesal saat melihat gambar aktivis bentrok dengan armada laut Jepang. Bagi dia, tidak ada yang salah dengan menyantap paus. Sebab, sewaktu dia sekolah, paus merupakan salah satu menu makan siangnya.
"Ketika kami tumbuh, kami tidak mempunyai banyak persediaan makanan, sehingga ini kami makan menjadi protein kami," katanya. "Ketika kami makan paus sekarang, ini mengingatkan kami, ini lezat."
Tak hanya Noguchi, beberapa orang Jepang memakan daging paus rutin setiap hari. "Saya rasa ini bagian dari budaya Jepang," ujar Yoshitaka Takayanagi.
Kebiasaan warga Jepang menyantap paus memang sulit dihilangkan. Namun kebiasaan itu pulalah yang menyebabkan 1.000 paus setiap tahun, menurut Direktur Program Greenpeace Junichi Sato, terbunuh di perairan selatan.
BBC | SUNARIAH