Israel: Tidak Ada Pembatasan Bangunan di Yerusalem Timur
Senin, 22 Maret 2010 04:09 WIB
Sikap keras Benjamin Netanyahu ini diungkapkan hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan berangkat ke Washington. Pertemuannya dengan Presiden Barack Obama Selasa besok akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama sejak krisis yang meletus 10 hari lalu.
Ketika itu Israel mengumumkan kepada wakil presiden Amerika, Joe Biden tentang rencana pembangunan di lingkungan Yahudi di Yerusalem timur, yang diklaim oleh Palestina.
"Bangunan di Yerusalem adalah seperti bangunan di Tel Aviv dan tidak akan ada pembatasan,” kata Netanyahu kepada Kabinet.
Sikap keras di Yerusalem ini menyebabkan ketegangan dengan Washington, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Israel berusaha mengatasi krisis itu. Yang sedang dipertaruhkan adalah kontak perdamaian pertama antara Israel dan pemerintah Palestina.
Palestina telah menyatakan setuju untuk dimediasi tetapi Yerusalem berubah pikiran. Israel mengatakan lebih suka negosiasi langsung.
Pada hari Minggu, Netanyahu-Obama bertemu dengan utusan khusus Timur Tengah, George Mitchell, yang diatur untuk menengahi.
Pada pertemuan dengan Netanyahu, Mitchell berkata, "Tujuan bersama kami ... adalah dimulainya kembali perundingan antara Israel dan Palestina di sebuah lingkungan yang dapat menghasilkan kesepakatan yang mengakhiri konflik dan menyelesaikan semua masalah status permanen."
Tujuan awal perjalanan Netanyahu ke Amerika sebenarnya tidak untuk bertemu Obama. Namun ternyata pertemuan itu dijadalkan juga. Netanyahu akan menghadiri konvensi AIPAC.
Netanyahu selalu menentang kompromi atas Yerusalem. Israel merebut kota sektor timur dari Yordania pada perang Timur Tengah 1967 dan langkah pencaplokan itu tidak diakui oleh negara lain. Selama empat dekade, Israel telah membangun di lingkungan Yahudi di sekitar Arab bagian kota.
Di Gaza, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan agar Israel mengakhiri blokade terhadap Gaza. "Pesan saya kepada rakyat Gaza adalah ini: Perserikatan Bangsa-Bangsa akan berdiri bersama Anda, melalui cobaan ini."
Sebagian besar dari 15.000 rumah rusak atau hancur selama perang Israel di Gaza musim dingin terakhir belum diperbaiki karena larangan impor sebagian besar bahan bangunan.
AP | HAYATI MAULANA NUR